Austin-Sparks.net

Masuk ke Tempat Perhentian

oleh T. Austin-Sparks

Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "Entering into Rest". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Bacaan: Ibrani 3:7-19; 4:1-7; Keluaran 3:8.

“Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian.” Rasul membuatnya sangat jelas bahwa ini adalah mungkin untuk gagal memasuki ke tempat perhentian Allah, bahkan setelah kita datang kepada Tuhan. Kata-katanya, seperti yang kita ketahui, dalam surat kepada orang-orang Ibrani ini, dan kata-kata yang serupa yang ditujukan kepada jemaat Korintus dalam 1 Korintus pasal 10, ditujukan kepada orang-orang percaya. Mereka adalah kata-kata yang dikatakan kepada orang-orang Kristen. Rasul, melalui kata-kata itu, menekankan dengan sangat kuatnya, bahaya kegagalan, setelah semuanya, meskipun kita adalah umat Tuhan, untuk masuk ke tempat perhentian.

Di dalam kitab Keluaran 3:8, Tuhan berbicara kepada Musa sebelum keluaran, dan Ia menyatukan seluruh tujuan-Nya dalam satu pernyataan, “Sebab itu Aku telah turun untuk … menuntun mereka keluar dari negeri itu (Mesir) ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” Tidak ada jarak empat puluh tahun antara dua bagian dari pernyataan itu, untuk menuntun mereka keluar dan menuntun mereka masuk. Allah tidak membuat ketentuan apa pun bagi satu generasi untuk mati di padang gurun. Itu tidak pernah ada dalam rencana-Nya. Pikiran-Nya hanyalah satu pemikiran yang penuh, untuk menuntun mereka keluar dari Mesir dan untuk menuntun mereka masuk ke suatu negeri yang baik. Namun, enam ratus ribu orang keluar dari Mesir, dan dua dari enam ratus ribu yang memasuki negeri itu. Dari bangsa pertama itu, enam ratus ribu orang kuat, hanya dua yang masuk ke dalam tujuan penuh Allah.

Rasul memahami itu, dan pada dasarnya, ia berkata, “Mungkin ada banyak orang yang datang kepada Tuhan, yang menjadi umat Tuhan, tetapi mungkin hanya sedikit dari mereka yang datang ke dalam tujuan penuh Tuhan bagi mereka, dan tujuan penuh itu diwakili oleh kata-kata ini: masuk ke tempat perhentian.” Itulah tujuan penuh Allah bagi umat-Nya.

Itu adalah pemikiran yang sangat serius, dan saran yang sangat mengesankan, bahwa mungkin ada seluruh generasi laki-laki dan perempuan di bumi ini yang adalah umat Tuhan, namun hanya segenggam dari mereka yang mengetahui tujuan penuh Allah; sebab ini bukanlah tujuan di masa depan, ini adalah tujuan di masa kini. Kita tidak boleh berpikir tentang memasuki tempat perhentian ini sebagai yang terkait dengan kepergian kita dari dunia ini ke sorga. Kita tidak boleh menganggapnya sebagai sesuatu yang adalah milik masa depan di dalam tujuan Allah, sebab rasul berkata, “Kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian.” “Jadi masih tersedia suatu hari perhentian bagi umat Allah.” Tempat perhentian itu ada di sini, sekarang. Allah telah berhenti dari pekerjaan-Nya. Ia telah menyelesaikan pekerjaan-Nya, dan ini adalah perhentian Allah, bukan perhentian kita, ke dalam apa, kita harus masuk. Ini hadir sekarang. Perbandingannya mungkin kira-kira seperti ini: enam ratus ribu memanggil Tuhan sebagai Tuhan mereka, terkait dengan Tuhan, dan dua yang masuk ke dalam tujuan penuh Allah. Itu adalah perbedaan yang luar biasa.

Ini bukanlah bagi kita untuk menghakimi di antara umat Tuhan pada hari ini, tetapi kita menerima apa yang dikatakan Alkitab. Ini mungkin seperti itu. Kata-kata yang sama yang ditujukan kepada jemaat Korintus dan orang-orang percaya Ibrani; mungkin juga ditujukan kepada umat Allah pada hari ini. Apa yang Allah katakan adalah ini: ada tempat perhentian bagi umat Allah yang merupakan pemikiran, keinginan dan kehendak Allah bagi mereka; ada tujuan penuh Allah bagi umat-Nya sekarang, namun banyak orang yang adalah umat Tuhan mungkin tidak berada dalam tujuan penuh-Nya. Itulah yang dikatakan oleh Firman. Apakah kita berada di dalamnya atau tidak adalah bagi kita untuk mengetahuinya di dalam hati kita sendiri, tetapi ini sangatlah pasti bahwa ini adalah Firman Tuhan kepada kita dan kepada semua yang adalah milik-Nya pada hari ini.

Selama empat puluh tahun di padang gurun setelah bagian pertama dari pernyataan Allah digenapi, menuntun mereka keluar, atau setelah membawa mereka keluar dari Mesir, ada banyak kegiatan beragama. Ada banyak tindakan beribadah, ada pembelajaran pelajaran rohani melalui kegagalan dan melalui penderitaan, ada banyak hubungan dengan hal-hal Ilahi, tetapi tidak ada yang masuk secara nyata ke dalam tujuan, yang untuknya mereka telah dipilih, dan yang untuknya mereka telah dibawa keluar dari Mesir. Kita harus melihat bahwa ada perbedaan besar antara keluar dari Mesir, keluar dari dunia, keluar dari kerajaan Iblis, dan masuk ke bawah Kerajaan, pemerintahan Allah; antara banyak kegiatan secara keagamaan, tindakan beribadah, pernyataan pengabdian, belajar pelajaran dari kegagalan dan penderitaan, dan kita yang masuk ke dalam tujuan nyata, yang kepadanya kita telah dipilih, dan yang untuknya Tuhan telah menebus kita.

Apakah kita melihat perbedaannya? Pada hari ini, banyak sekali umat Tuhan yang berada dalam “banyak kegiatan”, tindakan beribadah, pengakuan pengabdian, pembelajaran pelajaran melalui kegagalan dan penderitaan; tetapi berapa banyak yang benar-benar terlibat dalam tujuan Ilahi yang untuknya mereka telah ditebus? Saudara dapat melihat dengan jelas perbedaan antara kehidupan generasi itu di padang gurun, dan kehidupan generasi berikutnya di negeri itu. Yang di padang gurun, hanyalah berputar-putar di lingkaran, dan mereka tertutup untuk belajar dari pelajaran ini melalui kegagalan dan penderitaan, tertutup untuk banyak kegiatan secara beragama. Yang lain-nya di negeri itu adalah yang perjalanan terus dengan perkasa dan agung dalam tujuan penuh Ilahi untuk mendirikan Kerajaan dari kemuliaan dan pemerintahan Ilahi, penggulingan kekuatan jahat, membawa ke dalam kebergunaan semua sumber daya negeri itu untuk tujuan-tujuan yang berbuah, menjadi sebuah umat yang berada dalam kepuasan penuh, dalam kemenangan penuh, sebagai sebuah kesaksian yang mulia kepada Tuhan. Saudara tidak dapat memandang kepada kehidupan di padang gurun sebagai apa pun yang seperti kesaksian mulia kepada Tuhan. Setiap kali saudara membaca kisah tentang padang gurun di dalam Kitab Suci (dan ini diceritakan berulang kali), ini selalu merupakan kisah yang ditandai dengan kekecewaan Allah dan kekecewaan manusia. Ini adalah kisah yang tragis. Ketika saudara tiba di negeri itu, ini adalah kisah yang lain, kisah tentang kemenangan demi kemenangan, tentang kemuliaan demi kemuliaan, tentang pengayaan dan kekayaan yang terus meningkat, tentang berbuah dan mengubah segalanya menjadi diperhitungkan, sehingga ini semua adalah kesaksian akan kemuliaan dan kesetiaan dan kebaikan dan kepenuhan diri Tuhan itu sendiri. Itulah tujuan Allah. Ini adalah bisnis yang hebat, bisnis yang mulia; sedangkan padang gurun adalah ketidakpuasan yang berlarut-larut di setiap sisi, sebuah kisah kelemahan, kekalahan, kegagalan, dan kekecewaan. Namun mereka adalah umat Tuhan.

Apa artinya ini? Apa artinya bagi kita, dan bagi semua umat Tuhan? Ini berarti begini: bahwa sebelum semuanya yang lain, harus ada posisi rohani, sebagaimana yang diwakili oleh negeri. Yang pertama adalah hubungan rohani kita dengan Kristus. Ini bukanlah keselamatan kita, ini bukanlah pengabdian kita kepada Tuhan, ini bukanlah pekerjaan kita untuk Tuhan, tetapi ini adalah tempat perhentian kita di dalam Kristus. Ini adalah tempat perhentian dari kegelisahan rohani maupun duniawi, tempat perhentian dari segala upaya kita, tempat perhentian dari segala pekerjaan kita. “Berada di dalam negeri” ini – atau, dalam bahasa yang merupakan padanannya, “berada di dalam Kristus” ini – bukanlah hanya semacam lokasi rohani. Kita tidak boleh memikirkan ini hanya dalam istilah geografi. Ketika kita berbicara tentang posisi, kita harus ingat bahwa posisi ini bukan hanyalah lokasi, ini adalah suatu kondisi, keadaan rohani. Ini adalah persekutuan yang hidup dan batiniah dengan Pribadi yang hidup. Mari kita tekankan masing-masing dari kata-kata itu. Ini adalah persekutuan batin yang hidup dengan Pribadi yang hidup.

Saudara mungkin datang ke suatu tempat, dan ini akan sangat tepat bagi saudara untuk mengatakan, “Aku berada di tempat ini.” Itu adalah lokasi saudara, itu adalah posisi ke dalam apa saudara telah datang, tetapi itu bukanlah apa yang dimaksudkan dengan masuk ke tempat perhentian di dalam Kristus. Saudara telah datang ke suatu lokasi, dan itu adalah posisi saudara; ini memang benar bahwa saudara ada di sana, tetapi tempat itu bukanlah sesuatu yang hidup, semua yang ada di tempat itu tidaklah hidup. Saudara mungkin datang ke suatu ruangan, tetapi perabot-perabot ruangan itu tidak berarti apa pun bagi saudara dalam arti penerangan rohani, hidup, kuasa, pelayanan; saudara hanya berada di suatu tempat. Masuk ke dalam Kristus adalah persekutuan batiniah yang hidup dengan Pribadi yang hidup. Segala sesuatu di dalam Kristus hidup dan aktif, bukan pasif. Itu memiliki makna dan nilai. Makna dan nilai-nilai tersebut hidup, mereka beroperasi, mereka adalah hal-hal yang bekerja. Datanglah ke sana, dan saudara menemukan bahwa saudara telah datang ke suatu dunia di mana hal-hal sedang terjadi, hal-hal bergerak, hal-hal terjadi; saudara datang ke suatu dunia di mana perubahan-perubahan dilakukan di dalam saudara. Saudara telah menyentuh seluruh dunia kenyataan-kenyataan yang hidup.

Esensi pertama untuk ini adalah untuk melihat Kristus melalui Roh Kudus. Ini adalah perlu bagi Allah untuk menyatakan Kristus kepada kita, dan di dalam kita, oleh Roh Kudus-Nya, sehingga Kristus menurut pikiran Allah, perkiraan Allah tentang Dia, nilai Allah tentang Dia, semua yang Allah maksudkan Kristus sebagai dan artikan, pandangan Allah tentang Dia diberikan kepada kita oleh Roh Kudus.

Itu mungkin terdengar sangat sederhana dan sangat biasa, tetapi jika saudara sejenak mengingat apa artinya itu bagi mereka yang telah melihat Dia melalui wahyu Roh Kudus, saudara akan melihat bahwa ini bukanlah hal yang sederhana dan biasa. Ada sebuah proposisi yang tidak pernah dapat diselesaikan oleh dunia ini dalam semua kekuatannya, proposisi itu, masalah itu, adalah Saulus dari Tarsus. Berikut ini adalah seorang laki-laki dengan kekuatan pendorong alami yang luar biasa, seorang laki-laki yang mendominasi setiap situasi ke dalam apa ia datang, seorang laki-laki yang akan menginjak-injak segala sesuatu di bawah kakinya dan membuatnya melayaninya, dan menjadikan dirinya tuannya. Berikut ini adalah seorang laki-laki yang tidak akan membiarkan siapa pun yang tidak setuju dengannya untuk menempati tempat yang sama dengannya, ia akan menghancurkan mereka. Di sini adalah seorang laki-laki yang telah menyelesaikannya dengan tuntas dalam keyakinannya sendiri bahwa ia benar, dan tidak ada yang berani menentang keyakinan itu; ia tidak akan percaya bahwa siapa pun yang memiliki pandangan lain, bisa benar. Di sini adalah seorang laki-laki di dalam siapa hal ini dilahirkan, ini ada di dalam darahnya, dan lebih banyak lagi dari itu yang menjadikan Saulus dari Tarsus. Tidak ada argumen, penderitaan, hukuman penjara atau kekuatan manusia yang akan mengubah dirinya. Tidak ada apa pun yang akan mengubah atau menghancurkan Saulus dari Tarsus. Ia lebih baik mati, menyerahkan hidupnya dalam pertempuran untuk posisinya sendiri, tidak ada yang akan mengubahnya. Tetapi ia diubah, ia diubah; semua kekuatan diri itu dihancurkan. Ia diubah dari sebagai tuan, penguasa lalim, diktator, menjadi pelayan Yesus Kristus, hamba Yesus Kristus, tawanan Tuhan, untuk melayani dan mencurahkan dirinya dalam pelayanan yang rendah hati, tanpa pamrih kepada yang paling kejam dan termiskin dari anak-anak Allah. Sungguh suatu perubahan yang dahsyat, yang tidak bisa dilakukan oleh kekuatan apa pun di bumi. Apa itu yang menyebabkan itu? Allah menyatakan Yesus Kristus di dalam dia. Itu adalah wahyu Yesus Kristus oleh Roh Kudus yang melakukannya. Ia melihat Yesus dari sudut pandang Allah.

Saulus dari Tarsus hanyalah satu dari banyak orang yang telah melihat Tuhan dan telah diubah seluruhnya. Jadi kita melihat bahwa hal penting pertama untuk masuk ke tempat perhentian, ke dalam tujuan penuh Allah, adalah untuk melihat Yesus oleh Roh Kudus, dan sampai kita telah melihat Yesus oleh Roh Kudus, kita tidak dapat masuk ke tempat perhentian, kita juga tidak dapat masuk ke dalam pemikiran dan tujuan penuh Allah, yang ada di balik penebusan kita.

Apa yang sejalan dengan penglihatan itu, wahyu itu, adalah pendirian iman di dalam Kristus, suatu tindakan yang disengaja dan pasti yang dengannya kita berdiri di dalam Kristus untuk semua tujuan Allah, untuk melihat dan percaya; tetapi kepercayaan atau iman itu adalah hal yang aktif, di mana kita menyerahkan dan melepaskan diri kita sendiri kepada Dia yang telah kita lihat.

Itulah kebutuhannya, dan penglihatan akan diri Tuhan itu sendiri harus datang cepat atau lambat. Dengan banyak orang, ini telah terjadi setelah bertahun-tahun, ini telah terjadi setelah melewati padang gurun. Ini bukanlah karena Tuhan tidak menghendakinya lebih awal, tetapi karena penegasan daging yang gigih dan kuat, sehingga tidak ada penyerahan yang nyata. Telah ada kegiatan keagamaan, pengabdian yang diakui, tindakan beribadah, banyak hal-hal dalam kaitannya dengan Tuhan, tetapi tidak ada kehancuran batin yang nyata, penyerahan, pelepasan kepada Tuhan – kepentingan pribadi masih saja mengatur bahkan pelayanan, pekerjaan, atau pengabdian kita dengan satu cara atau yang lain – dan jadi wahyu tertunda.

Ini hanya dapat datang ketika kita mencapai akhir dari diri kita sendiri, tetapi ketika itu datang, iman bertindak, dan iman mengambil posisi ini: Sejak saat ini dan seterusnya, sejak saat ini untuk selamanya, Kristus adalah segalanya bagi-ku; hidup-ku, kekuatan-ku, hikmat-ku, kebenaran-ku, kasih-ku, sukacita-ku, tempat perhentian-ku, kelemah-lembutan-ku; Kristus adalah segalanya untuk roh, pikiran dan tubuh; Kristus energi otak-ku, Kristus penerangan hati-ku, Kristus kekuatan kehendak-ku, Kristus hidup dari tubuh-ku itu sendiri. Ini adalah keseluruhan Kristus. Demikianlah kita memasuki tempat perhentian, “Bukan diriku (bahkan untuk Allah, bahkan untuk kebaktian, pelayanan, atau bahkan pengabdian) tetapi Kristus.” Kristus, pengabdian kepada Allah di dalam diri-ku, Kristus, pekerjaan Allah di dalam diri-ku dan melalui diri-ku, Kristus, tujuan Allah dalam pandangan; segalanya yang pernah ada di dalam diri-ku dan melalui diriku datang keluar dari Kristus dan melalui iman di dalam Kristus. “Hidup-ku,” kata Paulus, “yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Itu adalah posisinya, dan itu membawa perhentian, itu membawa kita ke dalam tempat perhentian di dalam Kristus. Itu membawa kita ke tempat di mana tujuan Allah dapat benar-benar dimasuki, di mana musuh diusir, diatasi, di mana kekayaan Kristus diketahui dan dipertanggunjawabkan, di mana kesaksian nyata akan kemuliaan dan kepenuhan Allah di dalam Kristus telah ditetapkan. Itulah jalannya.

Kemudian muncul kebutuhan untuk menetap di dalam Kristus, karena ini bukanlah bahwa kita, setelah datang ke dalam Kristus dan ke tempat perhentian di dalam Kristus, hanya secara otomatis menetap di sana. Ada kebutuhan untuk menetap di dalam Kristus. Bahayanya adalah bahwa seiring berjalannya waktu, kita mungkin menjadi sibuk dengan kebenaran, atau kebenaran-kebenaran, ajaran atau pengajaran. Kita mungkin menjadi sibuk dengan pelayanan – dan betapa bahayanya pelayanan itu! Harus ada sedemikian banyak pelayanan yang harus dipenuhi; kita memiliki begitu banyak pertemuan yang harus diambil, dan itu berarti sedemikian banyak pidato atau khotbah yang harus disampaikan, untuk dipersiapkan. Ada segala macam hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan, dan kita menjadi terbiasa dengan pelayanan, dan pelayanan menjadi bisnis utama kita, bisnis yang memenuhi pikiran kita. Pekerjaan Tuhan dapat memikat kita. Kita telah datang ke dalam kebenaran, pelayanan dan pekerjaan. Dan kemudian kebenaran itu, pelayanan itu, pekerjaan Tuhan itu menjadi hal-hal yang dengannya kita sibuk, dan bahayanya adalah bahwa kita menjadi tidak lagi sibuk dengan diri Tuhan sendiri. Ini adalah tragedi dari ribuan hamba Tuhan.

Beberapa dari kita tahu sedikit tentang cara kerja pelayanan Kristen. Kami telah menjadi anggota komite dan dewan Perhimpunan Misionaris, dan salah satu hal yang telah menyebabkan kesusahan besar bagi kami adalah kehidupan rohani para misionaris yang cetek, dangkal, miskin di ladang misi. Dan ketika kita bertanya dan berbicara kepada para misionaris, ketika mereka pulang, mereka berkata, “Kita tidak punya waktu untuk berdoa, belajar Alkitab, atau persekutuan rohani dalam hal-hal Tuhan; pekerjaan Tuhan menghabiskan seluruh waktu kita. Kita memiliki begitu banyak pertemuan dan kelas, begitu banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan Tuhan sehingga kita tidak punya waktu untuk menyendiri bersama Tuhan. Itu tidak mungkin.” Mereka telah kehilangan tempat perhentian mereka, sukacita mereka. Ini adalah hal yang mengerikan ketika pekerjaan Tuhan, sebagaimana disebutnya, begitu terorganisasi dan berkembang, sehingga para pekerjanya tidak memiliki waktu untuk menyendiri bersama Tuhan. Itu adalah tipuan Iblis.

Jadi saudara menemukan orang-orang miskin ini hancur secara rohani, mental, fisik dan moral, atau menjadi sangat miskin secara rohani sehingga mereka benar-benar tidak memiliki cukup Tuhan untuk memuaskan hati mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang yang tidak puas dan kecewa, dan mereka tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada orang lain dari kekayaan Ilahi. Itu bukanlah berada di dalam Negeri, itu bukanlah kepenuhan Kristus. Ini adalah mungkin bagi kita untuk begitu sibuk, bahkan dengan kebenaran, dengan ajaran, dengan pengajaran, dengan pelayanan, dengan pekerjaan, dengan hal-hal Tuhan, sehingga kita kehilangan diri Tuhan sendiri. Hidup adalah dengan menetap di dalam Kristus.

Ada kebutuhan yang luar biasa, suatu hal yang mutlak esensial yang sangat diperlukan bagi setiap anak Allah, dan itu adalah tempat keheningan dan keterpisahan di dalam kehidupan mereka untuk persekutuan pribadi dengan Tuhan. Segala sesuatu harus dibuat untuk menekuk, untuk menyerah pada itu. Saudara dan saya harus memiliki dalam hidup kita waktu dan tempat untuk meninggalkan pekerjaan, pelayanan, orang-orang, ajaran, untuk menyendiri bersama Tuhan. Kita harus memilikinya. Ini adalah perlu untuk memiliki waktu dan tempat kita dalam hidup sendirian bersama Tuhan. Dorongan-nya pada diri kita menjadi begitu mengerikan-nya sehingga sering kali dalam masa berdiam kita, ini hampir mustahil untuk melepaskan diri kita dari tanggung jawab kita.

Saya biasa menghadiri konferensi-konferensi, dan selalu melakukannya dengan pandangan akan jemaat saya, untuk mendapatkan buku catatan saya penuh dengan hal-hal yang bisa saya bawa kembali kepada jemaat saya sendiri. Jadi, setiap saat saya memiliki tanggung jawab saya bersama saya, saya memiliki jemaat saya, pelayanan saya, pekerjaan saya dalam pandangan, saya tidak pernah lolos darinya. Setiap buku yang saya baca, dan setiap khotbah yang saya dengarkan, dan segala sesuatu dalam hidup adalah untuk disampaikan kepada orang lain, demi pekerjaan saya, dan hati saya sendiri kelaparan. Saya tidak bertumbuh dalam pengetahuan tentang diri Tuhan sendiri. Hal-hal seperti itu, semuanya salah.

Itulah sebabnya kami katakan di awal bahwa yang pertama adalah hubungan rohani diri kita sendiri dengan Tuhan. Segala sesuatu yang lainnya keluar dari hubungan itu. Apakah kita menginginkan terang? Apakah kita menginginkan wahyu? Untuk apa kita menginginkannya? Apakah kita menginginkannya untuk pelayanan, untuk tujuan publik? Atau apakah kita menginginkannya agar Tuhan dapat memiliki kesaksian-Nya di dalam kita maupun di dalam orang lain melalui kita, agar Tuhan dapat dimuliakan? Terang dan wahyu semacam itu datang keluar dari persekutuan hati kita dengan Tuhan, dari posisi rohani, persekutuan pribadi kita dengan Tuhan, kesenangan kita sendiri akan Tuhan. Ini harus keluar dari perjalanan kita dengan Tuhan, kalau tidak ini hanyalah sesuatu yang kita gunakan. Kita lebih baik pergi ke toko dan membeli sesuatu untuk dibacakan kepada orang lain. Itu bukan milik kita, itu tidak pernah datang kepada kita, itu bukan milik kita. Semua terang yang diterima orang lain melalui kita harus datang melalui perjalanan kita sendiri dengan Tuhan, keluar dari kehidupan rohani diri kita sendiri. Hal yang sama berhubungan dengan yang lainnya; pelayanan kita, kebaktian kita, pekerjaan kita untuk Tuhan. Ini tidak boleh menjadi suatu sistem kegiatan ke dalam apa kita telah datang. Ini harus keluar dari perjalanan kita dengan Tuhan.

Baru-baru ini saya membaca dalam sebuah buku tentang kehidupan seorang hamba Allah yang agung, yang namanya akan diketahui banyak orang, tentang perubahan besar yang datang. Ia adalah seorang laki-laki yang sangat cakap, terpelajar, dan terlatih, yang sebelum ia datang ke dalam pengetahuan yang lebih penuh tentang Kristus sebagai hidup dan segalanya, adalah seorang laki-laki yang memiliki lingkup pelayanan yang besar. Inilah yang ia katakan: “Sebelum aku tahu kepenuhan Kristus, aku harus mengkhotbahkan dua khotbah setidaknya setiap minggu, dan kedua khotbah itu menghabiskan aku hampir sepanjang seminggu untuk persiapkan, dan hanya untuk menyelesaikan mereka, aku harus menghabiskan tiga jam. Sekarang aku berada dalam pelayanan tanpa akhir; pelayanan Firman terus menerus, kadang-kadang berkali-kali dalam sehari, dan setiap hari dalam seminggu. Sekarang aku mengedit beberapa makalah, dan menulis sebagian besar artikel-artikelnya sendiri. Sekarang aku melayani umat Tuhan dalam banyak cara, kepada yang sakit, dan yang menderita, dan pekerjaan besar yang telah mengembangkan tempat perhentian, dalam arti tertentu, pada pundak-ku. Tapi itu semuanya menyenangkan, itu semuanya mudah, tidak ada tekanan atau beban. Itu semuanya dalam sukacita, dan aku tidak mengalami kesulitan; dan rahasianya adalah aku telah datang untuk menemukan Kristus sebagai hidup-ku untuk roh, jiwa dan tubuh, Kristus adalah kehidupan otak-ku itu sendiri untuk melanjutkan-ku.”

Itulah yang sedang kita bicarakan. Segala sesuatu harus keluar dari pengetahuan kita tentang Tuhan, segala sesuatu harus keluar dari perjalanan kita dengan Tuhan, tetapi jika kita telah masuk ke tempat perhentian, jika kita telah masuk ke dalam Kristus sebagai kepenuhan Allah, bagi kita segala sesuatu akan berbeda, lebih banyak lagi yang bisa dilakukan, dan itu akan dilakukan tanpa tekanan dan beban, perawatan dan kegelisahan yang harus dibayar oleh pekerjaan itu ketika itu dilakukan sebagai yang keluar dari diri kita sendiri. Kristus yang mulia, penuh, diberkati ini, dengan segala pengetahuan, kekuatan, hikmat dan kasih karunia, ada di dalam kita. Kita ada di dalam Dia, tetapi iman harus berpegang teguh kepada-Nya, harus menetap di dalam Dia, harus mengambil Dia dan menarik dari-Nya setiap saat, dan tidak boleh ada yang keluar untuk memanfaatkan diri kita sendiri, untuk mengeluarkan energi kita sendiri dalam bentuk apa pun, untuk menegaskan diri kita sendiri dalam pikiran, hati, atau kehendak, roh, jiwa atau tubuh. Ini haruslah Kristus, dan kita harus menetap di dalam Kristus.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.