Austin-Sparks.net

“Mari, Ikutlah Aku”

oleh T. Austin-Sparks

Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "Come After Me". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

“Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Matius 4:18-19).

“Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu … Kata Petrus kepada-Nya: “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu” (Yohanes 13:33, 37).

“Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.” Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka … Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” (Yohanes 21:19-22).

Saudara akan menyadari bahwa di dalam ketiga tempat itu, ada tiga tahap hubungan kepada Tuhan pada bagian orang yang dimaksudkan untuk menjadi hamba milik-Nya, dan hamba yang bernilai. Fase-fase ini menandai tiga tahap dalam kehidupan orang yang demikian itu, dan saya pikir kita bisa menyimpulkannya dalam tiga kata – Dipanggil, Ditampi, Ditugaskan. Ke dalam tiga kata-kata itu, sebagian besarnya sejarah suatu kehidupan dikumpulkan, dan sejarah hidup banyak orang lain selain Simon Petrus yang menurut Tuhan memiliki nilai bagi-Nya.

Panggilan Awal dan Proses Dimulai

Dalam bagian pertama dalam Matius 4, kita memiliki panggilan awalnya, dan ini akan menjadi suatu kesalahan untuk menganggap itu sebagai panggilan penuh untuk pelayanan. Kita diberitahu di tempat lain bahwa Ia memilih dua belas orang untuk bersama-sama dengan Dia dan bahwa Ia akan mengutus mereka (Markus 3:14). Fase pertama dari panggilan itu adalah untuk berada bersama-Nya. Mereka menjadi dikenal dengan nama para murid-Nya – yaitu, mereka yang harus diajar, atau pelajar-pelajar, dan panggilan awal ini memiliki ini sebagai makna dasar atau langsungnya – untuk bersama-Nya, untuk berada di dekat-Nya, untuk belajar dari-Nya.

Kita dapat melihat sekarang dengan catatan yang penuh, atau yang cukup penuh, dari tahun-tahun pergaulan dengan Tuhan itu, bagaimana hasil pekerjaannya, apa artinya, dan apa dampaknya. Kita memiliki efek kumulatifnya, dan kita dapat melihat bahwa, di antara hal-hal lain, salah satu sifat luar biasa dari hubungan mereka yang begitu dekat dengan-Nya dan pembelajaran mereka adalah penemuan betapa buruknya diri mereka itu. Tidak sekaligus, tetapi di sini sedikit, di sana sedikit, garis demi garis, ajaran demi ajaran, disengat sekali, dua kali, tiga kali lipat oleh kesalahan mereka sendiri, kekeliruan mereka sendiri, kesalahpahaman mereka sendiri, menempatkan kaki mereka di dalamnya (menggunakan bahasa sehari-hari) mereka sendiri. Perlahan-lahan dibangunlah longsoran penemuan-diri ini yang tidak akan pernah terjadi kecuali karena hubungan dekat mereka dengan-Nya. Ingat itulah masalahnya. Ini bukan hanya pemeriksaan diri secara introspektif, ini bukanlah analisis tentang susunan-diri mereka sendiri, itu tidak dipelajari sama sekali. Ada segala perbedaan antara garis hal-hal itu, yang sangat mematikan dalam arti yang salah, dalam arti yang sama sekali tidak ada harapan – segala perbedaan antara itu dan apa yang sedang saya bicarakan, di mana, karena saudara berhubungan dengan Dia, saudara mendapatkan jenis wahyu diri yang berbeda. Saudara tidak mencarinya – itu datang. Saudara tidak sedang memeriksa diri saudara sama sekali, tetapi saudara menemukan.

Hubungan yang nyata dengan Tuhan hanya memiliki efek itu tanpa saudara mencarinya – mungkin tanpa saudara inginkan, hal itu terjadi. Dan dengan demikian, saudara dapat membaca keempat catatan tentang kedekatan mereka selama tiga tahun dengan-Nya, dan hanya melihat bagaimana terdapatkan kemunculan yang mantap dan progresif tentang betapa berbedanya diri mereka dari-Nya, seberapa jauhnya ide-ide mereka dari-Nya; harapan mereka, standar nilai mereka, penilaian mereka, perasaan mereka. Longsoran tidak dibuat sekaligus, hanya beberapa serpihan pada suatu waktu, dan longsoran itu pecah dan turun dan menghapus seluruh lanskap hanya karena satu kepingan salju telah ditambahkan. Ini adalah hasil dari proses yang stabil, lambat, tenang.

Aspek hubungan dengan Tuhan itu adalah hal yang esensial untuk pelayanan dan untuk manfaat nyata bagi-Nya. Kita tidak akan pernah menemukan Tuhan sampai kita telah menemukan diri kita sendiri, dan kita tidak akan pernah menemukan diri kita sendiri sampai kita datang berada di bawah tangan Tuhan. Ketika kita melakukannya, marilah kita terhibur dengan ini, bahwa ini adalah bagian dari urusan Allah, kegiatan kedaulatan Allah, jalan-jalan Allah, sehingga ini harus demikian dalam kaitannya dengan pelayanan. Ini mungkin diperlukan agar dapat dengan benar menghargai kasih karunia-Nya.

Kita tidak pernah benar-benar menghargai keselamatan kita, penebusan yang ada di dalam Kristus Yesus, sampai kita telah menemukan betapa dalamnya hal itu diperlukan. Tetapi bahkan itu pun hanyalah satu sisi hal-hal. Ketika ini mengenai panggilan sorgawi, pekerjaan sorgawi dan kebergunaan bagi Tuhan, ini diperlukan, sangat diperlukan, bahwa kita harus menemukan kemandulan hidup kita sendiri yang menyeluruh dalam kaitannya dengan buah apa saja dan kemungkinan untuk berbuah apa saja bagi Tuhan. Dan sementara ada alasan lain mengapa kita diberikan sejarah masa kehidupan mereka bersama Tuhan, ini bukanlah salah satu yang paling tidak penting: Tuhan telah melestarikannya di sepanjang waktu untuk menunjukkan kepada kita bahwa setelah Ia memanggil kita, ada sesuatu yang harus dilakukan, dan Ia tidak memanggil kita karena segala sesuatu sudah selesai dan kita siap. “Marilah, ikutlah Aku,” dan terjemahan yang benar adalah: “Aku akan membuatmu menjadi penjala manusia” (Matius 4:19). Itu terletak agak jauh di depan; pembuatannya adalah yang untuk saat ini. Kecakapan murid, tentu saja, sampai batas tertentu mengatur periode fase ini, dan kecakapan dalam hubungan ini, berarti cepatnya penanggapan – yaitu menyerahkan, tidak bertahan melawan apa yang Tuhan sedang lakukan, tidak marah dalam ketersinggungan karena urusan-Nya dengan kita, tidak menyerah dalam ketiada-harapan dan keputusasaan, dan mengambil diri kita sendiri dari dalam tangan-Nya sebab kita telah menemukan, atau kita sedang menemukan, bahwa kita tidak cocok sama sekali.

Apakah saudara tidak bersyukur kepada Allah setiap hari dalam hidup saudara bahwa melalui seluruh Alkitab, di dalam kedua Perjanjian, Ia tidak menutupi hal-hal buruk dalam jiwa-jiwa terbaik-Nya? Ketika orang-orang menulis biografi hari-hari ini tentang mereka yang telah digunakan oleh Tuhan, mereka sangat jarang menyebutkan kesalahan mereka. Saya telah membaca biografi orang-orang yang saya kenal paling dekat, dan saya tahu bahwa itu hanyalah satu sisi. Andai saja sisi lainnya telah disebutkan, itu akan sangat berharga. Tetapi diperkirakan bahwa jika saudara menyebutkan kesalahan, itu akan mengurangi kesaksian yang menjadi alasan mereka berdiri. Alkitab tidak menerima penafsiran itu. Allah tidak menyembunyikan dari kita, kesalahan dan kelemahan dan kesalahan besar Abraham, atau pun kesalahan Musa, atau pun kesalahan Daud, atau pun laki-laki atau perempuan lainnya yang telah Ia gunakan. Tidak, mereka ada di sana, mereka ditulis dengan jelas. Dan di sini, selama tiga tahun dan lebih, orang-orang ini, yang dipilih, orang pilihan, dibawa ke dalam suatu hubungan yang sedemikian rupanya dengan Kristus Allah untuk tujuan yang sedemikian rupanya dengan makna Ilahi yang sedemikian rupanya, memiliki semua kelemahan dan kesalahan mereka diekspos untuk dilihat, hanya untuk mengatakan kepada saudara dan saya: inilah yang dapat dilakukan Allah dengan hal-hal yang sangat biasa. Setelah semuanya, orang-orang ini sangat seperti kita.

Ya, “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita,” (Yakobus 5:17) “dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa.” Nah, itu adalah sisi positif dari fase keterkaitan kita dengan Tuhan ini, di mana Allah tahu ada kebutuhan untuk itu, ada penuntutan untuk itu – bahwa itu menjadi proposisi yang sangat positif. Kita harus percaya bahwa Ia dapat melakukan sesuatu dengan hal-hal yang buruk, bahwa pada akhirnya, kasih karunia dan kebijaksanaan dan kuasa-Nya akan dimuliakan dalam alat-alat kemurahan – hanya dari rahmat.

Saudara lihat, untuk melayani Tuhan tidak menempatkan kita pada dasar yang berbeda dari yang diselamatkan. Itu masih tetap semuanya kasih karunia. Saudara bisa menjadi alat yang dipilih dari segala kekekalan di dalam nubuat Allah, dan saudara mungkin memiliki langit yang terbelah untuk pemahaman saudara, untuk penangkapan saudara itu sendiri dalam kaitannya dengan tujuan yang kekal dan takdir itu, tetapi saudara tidak akan pernah lepas dari dasar kasih karunia, itu semuanya akan karena kemurahan Allah – dan orang-orang itu adalah kandidat yang baik untuk belas kasihan. Jika kita pernah melanjutkan ke dasar lain apa pun, kita didiskualifikasi dari kebergunaan bagi Tuhan.

Jadi dibuat dengan sangat jelas bahwa, sementara diperlukan untuk sifat tanah liat untuk dibuka dan ditunjukkan secara khususnya kepada mereka yang bersangkutan – bukan kepada orang lain, tetapi kepada diri mereka sendiri – diperlukan bagi mereka untuk datang ke tempat di mana mereka memiliki iman. Apakah itu bukan apa yang Tuhan selalu berusaha masuk-kan ke dalam mereka? “Hai orang yang kurang percaya!” (Matius 6:30, dan lain-lainnya) “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja …” (Matius 17:20). Permohonan-Nya adalah untuk iman di sepanjang waktu. Tuhan dapat melakukan apa saja jika saudara memiliki iman; saudara mungkin adalah yang termiskin dalam penciptaan, tetapi Tuhan dapat melakukan apa saja jika saudara memiliki iman.

Saudara ingat bagian itu dalam kitab Ulangan pasal 8. Betapa malangya terjemahan itu ketika berbunyi, “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” Apakah Tuhan harus membuat mereka melalui empat puluh tahun demi untuk menemukan bagi Diri-nya sendiri apa yang ada di hati mereka? Tidak; terjemahan yang tepat adalah: “agar Ia dapat … membuatmu tahu apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” Hal ini sangat diperlukan dalam terang tujuan penuh Allah.

Itu adalah sebuah fase. Tentu saja, ada sisi yang menyedihkan, ada aspek yang menyakitkan, tetapi ada aspek harapan, ada yang membawa janji dan prospek, bahwa dengan pengungkapan kebenaran, dan pengungkapan kebenaran yang diperlukan tentang diri kita sendiri, Tuhan tidak meninggalkan kita, Ia tidak mengusir kita. Jika Ia telah mengambil inisiatif di sepanjang pantai kehidupan, di tengah-tengah kerumunan lautan umat manusia ini, jika Ia telah datang dan berkata kepadamu, “Ikutlah Aku,” Ia tahu persis hal-hal yang telah Ia taruh di tangan-Nya dan oleh karena itu, tidak perlu bagi-Nya pada titik apa pun, dari sisi-Nya untuk melemparkannya kembali ke dalam laut. Itu hanya akan kembali ke dalam laut jika itu memilihnya. Itulah apa yang Simon lakukan dalam Yohanes 21. Ia memilih untuk kembali ke laut untuk sementara waktu. Kita belum mencapai itu, itu bukanlah jalan Tuhan dengan kita. Mari kita mengambil penghiburan dari itu.

Ditampi – Sebuah Krisis Dicapai

Tanpa menghabiskan lebih banyak waktu pada fase pertama itu, mari kita lanjutkan ke fase kedua. “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang” (Yohanes 13:36). Aneh untuk mengatakan itu, kepada orang-orang yang telah Ia katakan, “Ikutlah Aku,” Ia sekarang berkata, “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” Simon Petrus berkata, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.” Apakah menurut saudara, Tuhan hanya sedang berbicara tentang kepergian-Nya ke sorga? “Aku akan pergi ke sorga dan engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang – tetapi setelah itu engkau akan pergi ke sorga?” Saya tidak berpikir bahwa itu adalah semua yang Ia maksudkan. Saudara akan melihat pembenaran untuk sikap itu, saya pikir, dalam satu atau dua menit.

Segera terjadi, hampir segera terjadi, terbuktikan bahwa laki-laki ini tidak dapat melewati salib dengan Tuan-nya. Segera salib muncul sebagai proposisi aktif, laki-laki yang sama ini menyangkal Dia dengan sumpah dan kutukan untuk keluar darinya dan untuk tidak terlibat di dalamnya. Laki-laki ini tidak dapat mengikuti jalan yang ditempuh sang Guru; laki-laki ini belum bisa mengikuti jalan itu sekarang. Datanglah jalan buntu dan krisis, dan itu adalah jalan buntu dari dasar yang salah. Simon berpikir bahwa ia dapat pergi dengan Tuhan di atas dasarnya sendiri, dan dasar itu terbuktikan seluruhnya salah – dasar keberaniannya sendiri, tekadnya sendiri, keyakinannya sendiri – yang membawa kebuntuan.

Dalam beberapa saat semuanya macet, terkunci, tidak ada jalan keluar sama sekali. Ini adalah krisis proses ini. Tuhan berkata tidak lebih dari: “Simon, engkau tidak bisa melakukannya.” Simon Petrus tidak percaya itu dan tidak mau menerimanya. Ia harus membuktikannya, dan kita tahu persis apa yang terjadi. Di sana, di aula itu dengan api, Petrus tertangkap basah. Jika ia tidak begitu percaya diri, ia akan meramalkan kemungkinan untuk tertangkap hanya dengan berada di sana; dan itu hanya seorang gadis kecil yang membuatnya tersandung. Tidak diperlukan banyak untuk mengendapkan masalah ini ketika itu telah mencapai titik ini, hal yang kecil dapat membuat saudara tersandung, dan saudara akan jatuh. Itu adalah serpihan kecil di longsorang salju yang telah dibangun begitu lamanya, terus berkembang, dan akhirnya longsor. Seluruh lanskap ambisi dan penglihatan Petrus, segala sesuatu dari suatu kerajaan dengan dirinya sendiri yang menonjol di dalamnya, dilenyapkan. Itu ada di atas dasar yang salah.

Sekali lagi, ini dituliskan untuk pembelajaran kita; ini ada di sini untuk diperhatikan. Mungkin tidak diperlukan untuk mengatakan hal ini kepada banyak dari kita di sini, namun, entah bagaimana, ini harus dikatakan, bahkan jika ini hanya bekerja nilainya secara terbalik – yaitu, bahwa kita melihat lagi bahwa kejatuhan hebat, mungkin sebagai hasil dari proses rahasia yang panjang, tidak harus selalu menjadi akhir dari segalanya – ini mungkin merupakan awal dari segalanya. Akhir yang datang di bawah tangan Tuhan berbeda dari akhir yang keluar dari hubungannya dengan Dia. Setiap akhir di bawah tangan Tuhan adalah awal yang baru.

Nah, di sini kita memiliki posisi yang salah ini membawa krisis dan kebuntuan. Marilah kita memahami lagi bahwa ini berhubungan dengan pelayanan, dan Tuhan berkata dengan cukup kuat dan jelas: jika kesombongan salah dalam kehidupan, itu adalah malapetaka dalam pelayanan. Tidak ada ruang untuk kesombongan, kepentingan diri sendiri, kepercayaan diri, kecukupan diri, dalam pelayanan Allah; itu hanya akan mengarah kepada bencana. Itu tidak akan pernah berhasil. Pengosongan diri adalah satu-satunya jalan di sini.

Ditugaskan – Panggilan Diperbaharui dengan Prospek yang Jelas

Fase berikutnya – Yohanes 21. Saudara melewati kedalaman; saudara keluar di sisi lain. Panggilan datang kali ini, bukan hanya untuk tahap awal keterkaitan dengan Tuhan, di mana kita harus berurusan dengannya, yang berakhir dengan ketidakmungkinan untuk melewati atas dasar itu. Sekarang panggilan itu datang – “Ikutlah Aku!” dan panggilan itu datang dengan prospek yang jelas dan lengkap.

Jalannya terbuka sekarang; ia bisa melaluinya. Ia tidak bisa mengikuti Tuhan sebelumnya sebab itu adalah jalan salib, tetapi sekarang Tuhan dengan pasti merujuk pada persekutuannya dengan Dia di dalam salib. “Orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki.” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah.” Ia juga akan disalibkan – dan ia bisa melewatinya sekarang. Tetapi tidak hanya mengikuti Tuhan dengan cara itu. Oh, betapa banyak mengikuti yang akan terjadi di mana Petrus bersangkutan! Ya, Tuhan sedang berjalan terus, Tuhan ada di jalan-Nya, Tuhan mengambil jalan yang ditandai dari kekekalan itu, dan Ia membawa Petrus dalam perjalanan itu, dan Petrus akan membuat penemuan-penemuan tentang cara-cara yang tidak disangka yang Tuhan akan ambil. Dan jika sesuatu yang mendasar belum dilakukan pada Petrus, jika tidak ada fondasi ini yang diletakkan dan pekerjaan dasar salib ini dilakukan di dalam dirinya, ia akan datang untuk karam di titik-titik tertentu di mana ia ragu-ragu, di mana ia memiliki sesaat keraguan dan pertanyaan serta kontroversi dan perdebatan dengan Tuhan.

Tuhan berjalan terus. Konsepsi lama Petrus adalah bahwa Tuhan harus bergerak di sepanjang jalan sempit Yudaisme dengan hanya Israel dalam pandangan, tetapi Tuhan akan naik ke Kaisarea, kepada Kornelius, dan ada pintu di sana untuk orang-orang bukan Yahudi, dan Tuhan akan melalui pintu itu, dan Ia berkata, “Ayo, Petrus!” Dan Petrus berkata, “Tidak, Tuhan!” Ada sedikit Petrus lama yang datang bangkit, tetapi sesuatu yang mendasar telah dilakukan dan itu segera berlalu, dan ia datang.

Dan itu bukan satu-satunya pelayanan orang bukan Yahudi dari Petrus. Petrus ada di Roma; ia membawa Yohanes Markus sebagai pelayan-nya di Roma, dan Roma adalah jemaat campuran orang Yahudi dan bukan Yahudi. Bacalah daftar nama-nama dan lihatlah apa yang dapat saudara pahami dari mereka. Dalam surat Roma, saudara akan menemukan banyak nama orang bukan Yahudi, orang Latin dan orang bangsa Yunani semuanya bercampur aduk, dan Petrus ada di sana. Ia tidak akan pernah memikirkan hal itu pada suatu waktu. Ia menantang Tuhan atas “pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung” di dalam suatu benda berbentuk kain lebar yang diturunkan dari sorga. “Aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.” Ia tidak akan pernah pergi ke jalan ini – tetapi Tuhan pergi ke arah itu. Ia berkata, “Ikutlah Aku!” Jalannya terbuka sebab sesuatu yang mendasar telah dilakukan. Itu tidak berarti bahwa akar dari Petrus lama telah ditarik keluar sepenuhnya, tetapi sesuatu telah dilakukan pada akarnya, ada kekuatan yang telah dipatahkan, ada penguasaan yang telah diperoleh oleh Tuhan, ada sesuatu di sana yang memungkinkan kesulitan-kesulitan ini untuk dapat diatasi dan untuk pertempuran dapat dilalui dengan sangat cepat, “Prospeknya sudah jelas sekarang, kita bisa berjalan terus bersama, jalannya terbuka. Ikutlah Aku!”

Sekarang perhatikan di mana itu datang masuk. Itu datang pada titik di mana saya tidak bisa menahan perasaan bahwa Petrus telah datang ke keengganan baru, suatu keengganan yang tidak wajar bagi Petrus. Tuhan menantangnya tiga kali, tetapi Petrus menolak untuk menggunakan kata tertinggi untuk “kasih.” Ia tidak akan beranjak dari kata yang sangat terbatas, “Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Tuhan menggunakan kata lain yang jauh lebih berarti, tetapi Petrus tidak mau naik kepadanya. Ia sekarang bukan Petrus yang lama yang siap setiap saat untuk mengambil semua yang bisa saudara berikan kepadanya dan lebih lagi, dan pergi seluruhnya dalam keyakinan-diri. Tidak, sesuatu telah terjadi, ia telah ditampi, ia telah dihancurkan, ia telah menemukan dirinya sendiri, ia telah kehilangan lumayan banyak dari itu di dalam yang alami.

Jika Petrus akan ditandai oleh keberanian pada hari Pentakosta, itu adalah jenis keberanian baru: keberanian yang diberi oleh Roh Kudus – itu bukan Petrus yang lama. Di sini, saya pikir kita harus percaya bahwa ada keengganan, keheningan. Mungkinkah itu bukan apa yang membuatnya berkata pada malam itu, “Aku pergi menangkap ikan?” Ia telah kehilangan hati, kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri; ia benar-benar tidak tahu di mana ia berada. Semua yang telah terjadi padanya, semua yang telah terjadi, semua kekecewaan, kebalikannya, semua ini membawa dia ke tempat di mana sekarang ia hanya cenderung untuk keluar dan tidak berbuat apa-apa lagi tentangnya. Apakah saudara tahu sesuatu tentang itu? Kita telah gagal, membuat kesalahan, kekeliruan, dan kita telah mengulanginya. Kita telah gagal kepada Tuhan, mengecewakan Tuhan, mengecewakan Tuhan, kita telah membawa aib kepada Tuhan – kita tahu itu. Dan kita telah melakukannya berkali-kali sehingga kita berkata, “Aku menyerah! Aku akan pergi memancing ikan, aku akan kembali ke pekerjaan lamaku, aku tidak akan mencoba lagi, aku tidak akan melanjutkannya.” Saya pikir ada sesuatu dari itu tentang Petrus. Jika tidak ada, seharusnya ada. Ada sesuatu yang tidak wajar tentang dirinya jika itu tidak benar. Setelah apa yang telah ia lakukan, realisasi itu, setelah melihat tampang Tuhan saat Ia pingsan sampai mati, setelah pergi dan menangis dengan getir – itu bukan perasaan dangkal, emosi sentimental, dan bukan hanya mengasihani diri sendiri; itu adalah rasa malu, itu adalah penyesalan karena telah gagal terhadap sahabat-Nya – yah, jika ia tidak segan, ia seharusnya demikian, tetapi saya pikir ia demikian, dan tidak ingin melanjutkan, untuk melakukan apa pun lagi.

Dan Tuhan datang kepadanya dengan tiga kali lipat komisi: “Gembalakanlah domba-domba-Ku, Gembalakanlah domba-domba-Ku, Gembalakanlah domba-domba-Ku. Tidak, Aku tidak akan melepaskan engkau, Aku tidak akan menyerah kepada engkau, Aku tidak akan menerima pengunduran diri engkau, Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, Aku tidak akan dipengaruhi oleh keputusasaan engkau; Aku dapat melakukan sesuatu, Aku tahu Aku bisa melakukan sesuatu dengan engkau jika engkau percaya kepada-Ku, tetapi, lihat di sini, Aku tidak akan melakukannya untuk engkau. Aku tidak akan hanya menaruh tangan-Ku di atasmu dan membuatmu melakukannya. Aku berkata, Ayo, teruskan saja; Aku beritahu kepadamu, pergi dan lakukan itu! Kepasifan itu tidak baik, meskipun itu adalah kepasifan dari kekecewaan-mu, dari rasa malu pada diri sendiri, jijik, meskipun itu adalah kerendahan hati dari penghinaan, tidak peduli semua itu, Aku ingin kamu percaya, percaya dan terus berjalan, jadilah positif, jadilah pasti!” Tuhan tidak berkecil hati dengan keputusasaan Petrus. Ia kembali dan menjadikan hal itu hal yang sangat kuat. “Tali tiga lembar tidak mudah diputuskan (Pengkhotbah 4:12). Engkau telah menyangkal Aku tiga kali; tidak peduli itu, Aku menugaskan-mu tiga kali.” Sungguh luar biasa!

Kebutuhan untuk Iman yang Positif

Tetapi apa yang ingin saya tekankan di sini pada saat ini adalah kebutuhan, bahkan di hadapan kegagalan kita sendiri dan semua keputusasaan yang ditimbulkannya dan semua kurangnya kepercayaan pada diri kita sendiri oleh penyingkapan diri ini, bahkan di hadapan itu, iman harus positif dan kita harus melanjutkan dengan bisnis Tuhan. Myer dalam bukunya “St. Paul” memiliki kalimat kecil ini “Allah akan mengampuni kamu segalanya kecuali keputusasaanmu.” Tuhan tidak menerima pengunduran diri Elia dari bawah pohon arar. Ia berkata, “Bangunlah” (1 Raja-Raja 19:5).

Mari kita lupakan diri kita sendiri, mari kita berhenti merawat kesedihan kita sendiri tentang diri kita sendiri dan kekecewaan dalam hidup; marilah kita menyadari bahwa ini dapat melumpuhkan kita dan menempatkan kita keluar dari komisi. Berkali-kali, beberapa dari kita sampai pada posisi itu di mana itu adalah akhir, kita tidak dapat melangkah lebih jauh, dan Tuhan tidak pernah datang kepada kita di sana. Apakah Ia pernah datang kepada saudara ketika saudara berada di sana di bawah pohon arar? Apakah Ia pernah datang kepada saudara dan mengangkat saudara dan membuat saudara berdiri? Ia tidak pernah melakukan itu kepada saya, dan berkali-kali saya telah berada di sana dan berkata, “Ini akhirnya!” Setiap kali Tuhan datang dan berkata, “Lihat ke sini, bangun, dan ketika kamu bangun, Aku akan pergi bersamamu; kamu bangunlah, dan Aku akan berjalan terus, tetapi sementara kamu ada di sana, Aku tidak akan melakukan apa-apa. ‘Bangunlah dan berdirilah di atas kakimu,’ dan kita akan berjalan terus.” Tuhan tidak akan berjalan terus dengan seorang laki-laki atau perempuan yang merangkak.

Nah, ini sangat praktikal dalam artinya. Kita harus menjadi positif, tidak dalam mencoba mengangkat diri kita sendiri dan membuat diri kita percaya bahwa kita lebih baik daripada diri kita sekarang ini, tetapi hanya percaya kepada Tuhan, percaya kepada Tuhan; melanjutkan, memberikan kuota kita, melupakan diri kita sendiri sejauh mana kita bisa, keluar dari diri kita sendiri. Di sini ada kebutuhan, ada umat Allah yang membutuhkan, kita harus melanjutkan dengan bisnis-Nya, dan ketika kita melakukannya, kita akan menemukan bahwa Ia dapat memperbaiki kerusakannya. Tuhan dapat mengatasi semua itu yang akan seluruhnya menghancurkan kita dan menyingkirkan kita, dan Ia melakukannya, dan kita menjadi orang-orang yang menyembah. Kita tahu bahwa kita tidak layak untuk itu, kita tidak layak untuk itu, sampah seperti apa kita itu, namun Tuhan menggunakan kita, Tuhan melakukannya hanya atas dasar kemurahan, kesetiaan, kasih karunia-Nya sendiri. Ia melakukannya, tetapi berulang kali Ia harus berkata, “Ayo, jangan berhenti di situ, jangan kamu pergi ke bawah sana, jangan kamu melepaskannya. Ayo, percayalah kepada-Ku; teruslah berjalan dengan-Ku.” Musuh selalu berusaha untuk menggunakan apa saja hanya untuk menyingkirkan kita, dan ia bahkan akan menggunakan pekerjaan Tuhan yang diperlukan itu dalam menemukan diri kita bagi diri kita sendiri. Musuh akan berkemah di dasar itu dan melumpuhkan kita dan mengusir kita. Tuhan tidak pernah bermaksudkan salib untuk memiliki efek itu, tetapi hanya untuk membawa kita ke tempat di mana Ia dapat melakukan apa yang akan membawa kemuliaan bagi-Nya dan bukan kepada daging kita.

Sebuah Tanggung Jawab Pribadi

Hanya satu kata penutup di sini. Yang keempat “Ikutlah Aku!” Petrus tampaknya telah bangkit kepada itu, merespons, dan Tuhan telah mengatakan sesuatu yang serius tentang bagaimana ia akan memuliakan Allah dengan kematiannya. Petrus sepertinya telah merespons dan berkata, “Baiklah, aku akan berjalan terus, Tuhan.” Tampaknya itu adalah sikapnya. Lalu, sambil memandangi saudara-saudaranya, nah, bagaimana dengan orang-orang ini? Ada Yohanes; ia memata-matai dia. “Apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Tuhan berkata, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku!” Baiklah, semua yang akan saya katakan tentang ini adalah ini: jadikan ini urusan pribadi saudara, dan miliki satu mata. Ini telah diajukan kepadamu; sekarang, ini adalah masalahmu. Ada banyak lagi yang bisa dikatakan tentang itu, tetapi saya tidak akan mengatakannya.

Cukup ini saja, ini berakhir di sini: “Aku telah berurusan denganmu, Aku telah memiliki-mu di dalam pandangan, di bawah tangan-Ku, Aku telah membawa-mu melalui kepada posisi ini; sekarang, engkau sadar bahwa ini adalah masalah-mu, dan janganlah engkau mentransfer hal ini kepada orang lain; ini adalah masalah-mu dengan Allah, ini menjadi tanggapan pribadi-mu, Aku menutup ini kepadamu untuk saat ini. Aku memiliki pikiran-Ku tentang yang lain, Aku memiliki tujuan-Ku di dalam yang lain, tetapi ini adalah urusanmu.” Bahayanya kadang-kadang adalah hanya untuk mengatakan, “Itu adalah kata yang bagus untuk si dia dan dia; aku sangat senang engkau mengatakan itu; si dia dan dia, aku tahu ada di sana dan hanya membutuhkan kata itu …” “Itu bukan urusanmu? Ini adalah bisnis-mu; aku berurusan denganmu.” Di situlah kita selesai.

Bisnisnya untuk saat ini adalah dengan saudara secara pribadi dan secara individu. “Ikutlah Aku.” Ayolah; jika orang lain tidak, kamu ikutlah; jika ada tujuan lain untuk orang lain, kamu ikutlah Aku. Ia membawanya langsung ke aplikasi pribadi, dan berkata, “Aku telah memilihmu sejak awal, Aku menarikmu menjauh dari laut itu, dan Aku telah berurusan denganmu.” Tentu saja, ada yang kolektif dan korporat, dan kami selalu membicarakan hal itu. Mari kita ingat ini, tidak bisa ada korporat atau kolektif yang terpisah dari individu. Korporat hanyalah agregat individu. Jemaat akan menjadi apa masing-masing anggota itu, dan dalam arti itu, ini harus menjadi masalah yang sangat pribadi.

Dan jadi Tuhan akan mengatakan dalam beberapa hal-hal: engkau harus menghadapi masalah ini seolah-olah engkau adalah satu-satunya orang di alam semesta. “Jika satu anggota menderita; semua anggota turut menderita” (1 Korintus 12:26). Begitu banyak yang tergantung pada individu, dan saudara harus melihatnya dengan cara itu. Itu penting, kita tidak tersesat di dalam kerumunan; kita dibawa keluar dari kerumunan, dan itu penting apakah kita berjalan terus atau tidak.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.