Austin-Sparks.net

Asas Kuasa

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Juli-Agustus 1949, Jilid 27-4. Judul asli: "The Basis of Authority". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Bacaan: Mazmur 45:2-8; Ibrani 1:8, 9.

“Hatiku meluap dengan kata-kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir. Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama-lamanya. Ikatlah pedangmu pada pinggang, hai pahlawan, dalam keagunganmu dan semarakmu! Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat! Anak-anak panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di bawah kakimu. Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”

“Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.”

Perselisihan Antara Dua Kerajaan

Biarkanlah saya katakan di sini, demi penentuan segala sesuatu, bahwa apa yang kami harapkan untuk dapat melihat dalam meditasi ini adalah bahwa perselisihan kosmik antara kedua kerajaan besar, kerajaan Allah, kerajaan kegelapan dan maut dan hidup, sedang menuju, dalam cara yang sangat intens dan komprehensif, pada saat ini sampai akhir, dan bahwa umat Tuhan di mana-mana ikut terlibat; dan dalam arti yang sesungguhnya, perselisihan hinggap di atas mereka untuk permasalahnya. Jemaat adalah instrumen dan alat pilihan kekal dalam dan melalui siapa kekuasaan tertinggi mutlak Tuhan Yesus akan diwujudkan dan disebarkan. Untuk itu, persiapan rohani yang mendalam harus dilakukan atas dasar yang paling praktik dan sepanjang garis-garis praktik, karena kerajaan ini tidak hanya sistem-sistem yang didirikan secara objektif, secara eksternal. Mereka tidaklah berpolitik; mereka tidak berekonomi; mereka tidaklah duniawi dalam arti apa pun. Mereka adalah rohani; dan hakikat sifat dan kekuatan dan keberadaan mereka itu sendiri adalah kondisi rohani, dan kondisi itu ditemukan dalam konstitusi mereka yang dimiliki kedua kerajaan masing-masing itu sendiri. Kami telah berusaha untuk melihat bahwa Kerajaan Iblis sesungguhnya berada dalam diri manusia pada hakikatnya. Hal ini ada di sana di dalam hakikat manusia itu sendiri bahwa Iblis sekarang memiliki kekuatannya. Di sisi lain, kerajaan sorga adalah hal yang batiniah. Kerajaan ini ada di dalam saudara, dan oleh karena itu ini adalah masalah konstitusi batiniah. Oleh karena itu, satu hal yang muncul bagi kita adalah apakah kerajaan ini, kerajaan sorgawi di dalam hidup umat Allah, akan sungguh-sungguh terwujudkan dan dapat mengekspresikan kekuasaan tertinggi-nya, pengaruh-nya tersebut; dan itulah apa yang kita telah dipanggil untuk, dan itulah yang sesungguhnya menjadi tantangan meditasi ini.

Keadilan, Ekspresi dari Yang Benar

Sekarang, jika kerajaan Iblis didasarkan pada dosa, dan jika dosa adalah apa yang kita telah katakan itu – pemberontakan, tipu muslihat, dengan segala akibat-akibat pekerjaannya: kebanggaan: diri sendiri dalam segala bentuknya; sampai pada perseturuan terhadap Allah, pemisahan dari Allah, dan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan yang menyeluruh untuk menebus dirinya sendiri – jika itu adalah dasar dari kerajaan Iblis, maka kerajaan Allah didasarkan pada kebenaran; yaitu, atas dasar apa yang sama sekali kebalikan dari dosa. Jika Iblis adalah perwujudan dari dosa, maka Kristus harus menjadi perwujudan dari kebenaran, ketika dipahami dengan benar. Intinya adalah bahwa ini adalah sesuatu hal yang pribadi, tidak abstrak atau sesuatu dalam dirinya sendiri. Jangan berbicara tentang dosa sebagai sesuatu yang abstrak. Dosa adalah ekspresi seseorang. Iblis adalah dosa, dan semua yang berasal dari dia adalah dosa. Dengan cara yang sama; Kristus adalah kebenaran, dan kebenaran yang berasal dari Allah adalah Kristus, yang oleh Allah telah menjadi kebenaran bagi kita (1 Korintus 1:30). Dia adalah Yang Benar (Kisah Para Rasul 3:14). Ini bersifat pribadi. Kami perlu mengatakan dan menekankan hal itu, sehingga kita tidak akan mendapatkan mentalitas apapun bahwa kita sedang berhadapan dengan hal-hal. Kita sedang berhadapan yang terutama, dengan kepribadian, dan oleh karena itu dengan kerajaan-kerajaan. Di kedua sisi itu, segalanya diputuskan menjadi “Siapa?” bukan “Apa?” Siapa yang akan memiliki kerajaan?

Sekarang jika “Kerajaan” menyarankan kuasa, wewenang, kekuatan – seperti, tentu saja, demikian – maka kuasa, wewenang, kekuatan, bersandar pada – muncul dari suatu pribadi. Mereka tidak diresmikan, dilaksanakan dan ditegaskan dengan sebuah pelantikan. Mereka muncul dari sifat seseorang atau orang-orang yang bersangkutan; yaitu, saudara dan saya tidak akan tahu lebih banyak tentang kuasa Ilahi melebihi pengetahuan kita tentang sifat Ilahi, keserupaan Ilahi. Kekuatan, kuasa, wewenang rohani kita atas kekuatan musuh, tidak tergantung pada apa pun selain pada kedekatan kita kepada Allah, dan pada keserupaan kita kepada-Nya. Setiap sistem pengajaran tentang kuasa yang mengambil jenis fraseologi tertentu dan mulai melemparkan kata-kata pada musuh tanpa pengetahuan yang mendalam tentang asas kuasa adalah hal yang paling berbahaya dan merusak, dan akan melibatkan semua pihak dalam kesulitan yang tak terelakkan dari mana itu tidak akan mudah untuk melepaskan mereka. Ini bukan hanya sebuah pernyataan ide-ide, ini adalah kenyataan. Beberapa dari kita telah melihat Iblis membuat malapetaka mengerikan dari orang-orang yang berdiri berbicara tentang Iblis menjadi musuh yang terkalahkan, dan melemparkan kepadanya kata-kata dari Alkitab. Akhir dari semua itu adalah penghamburan dan penghancuran. Tapi itu tidak berarti bahwa tidak ada hal seperti kuasa atas musuh. Apa yang saya sedang coba tekankan adalah bahwa perlu untuk mengetahui asas kuasa, dan asas itulah yang di sini dimaksudkan dengan kebenaran.

Ciri-Ciri Seorang Yang Benar

(a) Kelemahlembutan

Jadi kemudian, dalam mendatangi sifat Kerajaan yang didirikan pada kebenaran, kita melihat sebagaimana berlawanannya itu dalam semua ciri-cirinya dengan kerajaan Iblis. Dalam yang kedua, seperti yang telah kita lihat, kebanggaan adalah titik awal, ciri pertama pemberontakan, pertentangan, dan sejarah panjang kejahatan. Engkau sombong karena kecantikanmu (Yehezkiel 28:17). Oleh karena itu, Kerajaan Allah, Kerajaan kasih Anak Allah, harus memiliki pada dasarnya yang berlawanan dari kebanggaan, yaitu kelemahlembutan; dan saya akan meminta perhatian saudara ke tempat yang besar di mana masalah kelemahlembutan ini berada di dalam Firman Allah, baik dalam Perjanjian Lama dan Baru. Izinkan saya memberi saudara beberapa sedikit referensi, yang akan membuat banyak yang lain segera muncul dalam pikiran saudara. Mazmur 25:9; Mazmur 37:11; Mazmur 147:6; Mazmur 149:4; Yesaya 11:4; Yesaya 61:1.

Fragmen-fragmen ini, pastinya, cukup untuk membawa kita tepat berhadapan dengan kenyataan ini, bahwa kuasa atas seluruh kuasa Iblis ditemukan berpusat, di tempat pertama, dalam kelemahlembutan. Dikatakan bahwa semua kuasa perkasa dosa itu, seluruh kerajaan perkasa yang Iblis telah dirikan itu, ke dalam mana ia telah menarik semua anak manusia secara alami – kerajaannya harus dibatalkan oleh kelemahlembutan; kelemahlembutan itu merupakan kuasa yang lebih besar dari itu.

(b) Pengalahan Dan Ketaatan

Kami menggunakan kata lain di sini dalam hubungan ini – pengalahan. Kata yang sebenarnya tidak sering muncul dalam Kitab Suci tetapi apa yang diartikan dari kata itu mengisi seluruh Kitab Suci. Kita melihat bahwa dalam pemberontakan Bintang Timur, dan kemudian dalam pengkhianatan besar Adam ke dalam tangannya, hal yang mempengaruhi dan mengatur musuh dan Adam adalah rasa posesif, mengambil untuk diri – Aku akan, Aku akan, Aku akan – dan seluruh kekuatan Iblis dipusatkan untuk memiliki dan memegang dan tidak melepaskan; sehingga kerajaannya berdiri pada dasar itu. Apakah hal itu perlu argumen? Lihatlah ke luar hari ini – pengambilan, keserakahan, penguluran tangan untuk memiliki, mengambil, mendominasi dengan kepemilikan. Terhadap itu adalah Kerajaan Allah, yang merupakan kerajaan kasih Anak Allah, dan karakteristik Kristus dan kerajaan-Nya adalah pengalahan.

(c) Ketergantungan

Kemudian ketergantungan; kebalikan dari kemandirian, dengan segala berbagai bentuk dari hasil pekerjaannya, yang kita telah bicarakan sebelumnya – baik melemparkan Allah keluar sama sekali, berusaha untuk mewujudkan takdir kita tanpa memanggil-Nya, atau melalui berbagai ekspresi yang kurang terang-terangan akan kemandirian ke tempat di mana bahkan orang yang dikuduskan mulai menunjukkan tanda-tanda kesombongan rohani karena Tuhan memberkati dia. Ini adalah hal yang sangat mudah untuk mengasumsikan bahwa, karena Ia telah memberkati, langkah yang telah diambil dapat diulangi tanpa perlu untuk kembali kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, meskipun saat yang terakhir adalah saat yang perkasa, ini tidak akan bisa demikian untuk saat selanjutnya kecuali ini berasal dari-Mu.” Gerakan halus itu, pengambilan langkah kedua karena yang pertama telah diberkati, muncul dari kesombongan rohani – praduga.

Sekarang, seluruh diri kita memberontak secara alami, menentang gagasan akan ketergantungan. Kebanggaan kita tidak akan membiarkan kita untuk menjadi tergantung; kita mandiri secara alami. Ya, itu adalah racun Iblis di dalam diri kita. Jika hal itu datang ke dalam dunia rohani, ini berarti, pada prinsipnya, kerajaan Iblis masuk ke dalam kerajaan Allah.

Tapi ketergantungan adalah jalan kekuasaan. Mengapa? – karena ini adalah jalan sepanjang mana Tuhan datang. Orang yang lemah lembut dan berketergantungan-lah yang Tuhan pandang. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang … (Yesaya 66:2). Kuasa adalah hasil dari memiliki Tuhan bersama kita. Kita mungkin menganggap dan mengira dan berlanjut dengan beberapa kegiatan, tapi apa baiknya dari semua itu jika Tuhan tidak bersama kita?

Pengaruh Dosa Ditiadakan oleh Kebenaran

Apa hasil dari semua kelemahlembutan, pengalahan, ketaatan, ketergantungan, tidak mementingkan diri sendiri ini? Nah, hanya kebalikan dari apa dosa itu di sisi lain. Dosa adalah perseturuan terhadap Allah; hasilnya di sini adalah kasih, kasih Allah dalam Kristus dicurahkan di dalam hati kita, menghancurkan perseturuan tersebut. Dosa diletakkan di kejauhan; Sifat Kristus ini membawa kedekatan dan keserupaan kepada Allah. Bukannya ketidakmampuan melainkan datangnya kekuasaan dengan Allah dan kuasa Allah.

Masalah Kebenaran: Hidup

Bagaimana musuh harus digulingkan? Bagaimana kerajaannya dihancurkan? Dengan sifat Anak Domba yang begitu berkembang dalam diri kita, umat Allah, bahwa seluruh kerajaan lainnya dari Iblis dibatalkan pada prinsipnya.

Apa itu hidup? Ini adalah melepaskan kepada Allah; ini adalah kelemahlembutan; ini adalah semua ini yang telah kita bicarakan selama ini; ini adalah Kristus, Sang Hidup. Kita tidak sedang berurusan dengan hal-hal – meskipun mungkin ada sisi yang sangat harfiah dari semua ini dan ini bukan hanya semuanya prinsip dan ide-ide yang abstrak: namun dibalik segalanya ada sifat-sifat rohani. Kita tidak berpikir untuk pergi ke sorga sampai sorga telah datang kepada kita. Kita tidak berpikir untuk pergi ke Tuhan sampai Tuhan telah datang kepada kita. Kita tidak berpikir tentang sebuah kerajaan yang akan diberikan kepada kita sampai kerajaan itu telah dibentuk di dalam diri kita. Semua itu tergantung pada apa yang Tuhan lakukan dalam diri kita sekarang dan kerjasama cerdas kita dengan-Nya dalam apa yang Ia kehendaki.

Kerajaan Didirikan Di Dalam Batin dengan Ujian Iman

Mengapa Ia memperlakukan kita seperti yang Ia lakukan? Mengapa Ia memimpin kita melalui pengalaman yang kita lalui? Apakah saudara pernah memiliki sedikit rasa apa pun bahwa Tuhan telah meninggalkan saudara? Setelah semua yang telah kita katakan tentang Kristus yang menanggung semua untuk kita, apakah kita tidak dari waktu ke waktu merasa bahwa Tuhan sangatlah jauh? Mengapa? Oh, kami telah kebingungan atas hal itu! Ia telah berkata, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20); Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5). “Lalu, di manakah Engkau, ya Tuhan, pada hari ini? Engkau tampaknya sedang berada seribu mil jauhnya pada hari ini, aku tidak memiliki rasa akan kehadiran-Mu.” Mengapa? Hanya karena ini; Kenyataan Allah adalah bahwa Ia tidak jauh. Bagaimana dengan iman saudara tentang kenyataan Allah? Apakah saudara hidup berdasarkan kenyataan atau perasaan? Dengan iman atau dengan melihat? – karena segala sesuatu harus ditetapkan oleh iman. Iman harus bangkit dan berkata, “Tuhan, Engkau sungguh tampaknya sedang berada seribu mil jauhnya hari ini, tetapi Engkau tidak. Engkau hadir di sini, menurut janji-Mu. Aku menolak saran Iblis yang mengatakan bahwa Engkau telah pergi, dan bahwa aku telah mendukakan Roh Kudus dan Engkau telah meninggalkan aku; Aku menolak semua itu atas dasar semua yang telah Engkau lakukan untuk menjembatani kesenjangan itu dengan Salib.” Ketika iman menegaskan posisinya, hal-hal dipulihkan kembali, masalahnya terjelaskan.

Dan seperti halnya dengan hal tersebut, demikian juga dengan segala yang lainnya. Kita berada di dalam sekolah, di mana kita seharusnya belajar bahwa kita tidak hanya hidup pada Alkitab secara objektif, dan bahwa ada rasa di mana Alkitab hanya sebagai sebuah kitab, tidak bisa membantu kita atau menjadi berguna bagi kita. Entah bagaimana, harus ada sesuatu yang dilakukan antara kita dan apa yang telah difirmankan Allah, untuk membuatnya menjadi nyata, dan hal itu dilakukan melalui ujian dan cobaan; dan dengan demikian kenyataan rohani – Kerajaan – didirikan di dalam diri kita, dan kita belajar untuk memerintah atas kerajaan lainnya itu. Tuhan membantu kita.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.