Austin-Sparks.net

Seorang Diri? - Tidak Seorang Diri!

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Sep-Okt 1947, Jilid 25-5. Judul asli: "Alone? - Not Alone!" (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

“Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan” (1 Raja-Raja 18:22).
“Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup” (1 Raja-Raja 19:10, 14)
“Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal” (1 Raja-Raja 19:18).
“Kemudian ia menghitung … tujuh ribu orang banyaknya” (1 Raja-Raja 20:15).
“Elia adalah manusia biasa sama seperti kita” (Yakobus 5:17).

Ini adalah hal yang murah hati di mana dalam rekaman kehidupan hamba-hamba-Nya yang paling sering digunakan dan yang mewakili, Tuhan tidak pernah menyembunyikan kelemahan mereka. Kebanyakan penulis biografi tampaknya sering merasa bahwa hal ini akan membahayakan tokoh-tokoh topik pembicaraan mereka, melemahkan kesaksian, atau melakukan cedera pada pekerjaan yang di mana mereka telah dipanggil jika mereka berdiam pada sifat manusia di sisi terlemahnya dan menunjukkan kapan dan di mana mereka gagal. Ada juga suatu kebaikan yang keliru dalam kelalaian ini; gagasan bahwa, kita semua yang begitu penuh kesalahan, kita tidak boleh mengacu pada kelemahan orang lain. Jika hidup itu benar-benar memuliakan Allah secara keseluruhan, dan pekerjaan itu benar-benar sebuah karya Allah, hal ini sungguh hanya akan meningkatkan kasih karunia Allah untuk menunjukkan bagaimana Dia berkelakuan dengan, dan memberkati alat-alat yang sedemikian SANGAT manusiawi dan tidak sempurna, dan tidak ada seorang pun yang benar-benar mencintai Tuhan yang akan mengambil fakta itu untuk menutupi dan membenarkan kegagalan berulang-ulang. Pada saat yang sama, memang benar bahwa Allah adalah satu-satu-Nya yang memiliki hak untuk berbicara tentang kelemahan manusia, dan setiap orang yang berbuat demikian di bawah arahan-Nya harus melakukannya dengan kerendahan hati dan ketakutan yang mendalam: alasan untuk ini diakui dalam kasus-kasus yang mewakili seperti Musa, Elia, Daud, Petrus, dan lain-lain. Bahkan dalam kasus Kristus Sendiri, meskipun Dia TIDAK menyerah, namun faktor ini sungguh didirikan, dan dalam kasus-Nya kenyataannya sudah pasti ditampilkan. Faktor itu adalah ini:

Iblis tahu saat-saat terlemah kita, dan mempergunakannya

Ketika Sang Guru telah berpuasa selama empat puluh hari dan malam dan merasa lapar maka datanglah Iblis dengan percobaannya. Faktor-faktor lain apa pun yang hadir dalam kasus Elia dan tokoh-tokoh lainnya, tidak ada keraguan bahwa pengalaman-pengalaman baru-baru ini yang menguras fisik dan saraf memberi musuh pengecut sebuah dasar yang sangat menjanjikan untuk serangannya. Ketika Musa melakukan kesalahan yang besar di batu itu, hal ini sangat jelas bahwa ia adalah seorang yang telah kecapaian, dan meskipun kelemahannya diberikan pengungkapan secara penuh dan hasilnya terbukti menjadi sesuatu yang sangat pedih, secara sementara, ia tidak pernah ditolak, sesudahnya, sebagai sebuah kegagalan dalam sejarah; melainkan ia berada bersama dengan Tuhan di atas gunung di mana Yesus berubah rupa. Daud masih memegang tempat kehormatan dan nilai yang tinggi dalam tujuan Ilahi, dan namanya terdengar sampai ke ujung Kitab Suci dengan pengakuan Ilahi meskipun ia mengalami banyak kejatuhan yang pedih selama perjalanannya. Dia menderita, hal itu benar, tapi Allah tahu bahwa dalam kehidupan orang-orang yang terhitung bagi-Nya ada kekuatan yang bekerja yang melebihi kelemahan manusia biasa. Hal ini dibuat begitu jelas dalam kasus Petrus, di mana kegagalan-nya yang mengerikan dikatakan oleh Tuhan, tidak lain adalah pekerjaan Iblis; dan tidak ada keraguan bahwa Iblis tahu titik lemah dan saat-saat lemah Petrus.

Kita harus, bagaimanapun, mengingat bahwa, sementara Kitab Suci mengenai hal ini diberikan kepada kita untuk menghibur kita, dan untuk memperbesar kasih karunia Allah, mereka tidak dimaksudkan untuk melemahkan kita atau untuk menjadi alasan kelemahan kita, tetapi untuk membuat kita menyadari bagaimana Iblis bisa mendapatkan keuntungan, dan untuk menunjukkan titik-titik bahaya di sepanjang jalan kebergunaan rohani.

Dalam kasus Elia di hadapan kita, ada satu hal yang ingin kami perhatikan, dan dalam memperhatikan ini kami rasa akan sangat membantu bagi beberapa orang. Ini adalah ini: pada titik kelemahannya Iblis menabur dusta dalam pikiran Elia, dan Elia menerimanya. Tuhan kita berkata bahwa Iblis, “adalah pendusta, dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44). Dalam hal ini, ia melahirkan kebohongan bahwa Elia adalah satu-satunya nabi Allah yang setia yang tersisa di Israel. Ada dasar untuk benih ini. Elia sedang bertempur sendiri dalam peperangan; membajak alur kesepian; berjalan di jalan yang sepi. Tidak ada keraguan tentang hal itu.

Kesepian adalah Bagian dari Harga Kepemimpinan

Jika kita ingin berjalan terus dengan Allah sampai pada tingkat apa pun yang melebihi apa yang pada umum-nya diterima sebagai kehidupan Kristen sejati; jika kita dipanggil untuk merintis jalan untuk mencapai kemajuan lebih lanjut dalam kehidupan rohani atau pelayanan Ilahi; jika kita diberikan penglihatan akan kehendak dan tujuan Allah yang tidak terlihat oleh massa umum umat Allah – atau bahkan sejumlah yang lebih besar dari hamba Allah – jalan kita akan menjadi jalan yang penuh kesepian.

Ada banyak cara lain di mana kita mungkin merasa kesepian. Mungkin ini karena alasan geografis; atau mungkin ini disebabkan oleh pengalaman batiniah yang sedang kita lalui; pengalaman atau fase yang tidak dapat dibagi dengan orang lain, bahkan dengan mereka yang paling dekat dengan kita. Semua ini dan alasan lainnya mungkin masing-masing dapat menjadi “padang gurun” kita di mana Iblis datang, dan, sementara ada kesempatan yang mendasar, bisnis Iblis adalah untuk mendorong hal-hal ke dalam bidang ketidakbenaran yang berlebihan dan memberitahu kita bahwa kita benar-benar dan sungguh-sungguh sendirian. Ini bukanlah hal yang langka baginya untuk memberitahu anak Allah bahwa Allah telah meninggalkan dia.

Elia sungguh-sungguh percaya bahwa ia adalah satu-satunya yang tersisa yang masih setia kepada Allah, dan ia mengulangi gugatan itu beberapa kali, “Hanya aku seorang dirilah yang tinggal.” Dia telah kehilangan penglihatan akan kemungkinan bahwa para nabi yang tersembunyi, yang dilaporkan oleh Obaja mungkin masih secara tersembunyi tetap setia, atau setidaknya beberapa dari mereka masih tetap. Tetapi Tuhan lebih tahu dan memberitahu dia tentang tujuh ribu orang kudus yang tetap setia yang tidak akan menyerah kepada Izebel atau Baal. Faktanya adalah bahwa apa yang Elia percaya sungguh secara positif tidak benar. Jika kita melihat pada hal-hal secara horisontal, kita hanya akan dapat melihat sejauh ini, tapi jika kita melihat dari sorga, kita akan dapat melihat lebih banyak lagi.

Nah, apakah jawabannya? Pertama, kasih Tuhan telah mengambil ukuran kelemahan manusia secara KESELURUHAN sebelum Ia memanggil kita kepada diri-Nya, dan oleh karena itu kasih itu, yang mengetahui segalanya, tidak akan menyerah hanya karena kasih itu tiba pada sesuatu yang tak terduga dan belum dipertanggungjawabkan.

Kedua, Tuhan hanya meminta tidak lebih dari sebuah hati yang terbuka terhadap diri-Nya. Ini adalah dasar di atas mana Dia akan berjalan terus. HANYA ketidakpercayaan dan ketidaktaatan yang positif, pasti dan terus bertahan yang akan membuat Tuhan berkata, “Lihatlah, Anak-Ku, Aku mengasihi kau dan ingin berjalan terus dengan kau, dan Aku AKAN berjalan terus jika saja kau mempercayai-Ku dan menanggapi-Ku. Tapi kita tidak dapat berjalan terus sampai kau telah disesuaikan; kita hanya harus berdiri di sini dan menunggu sampai saat itu tiba.”

Ketiga, jika sungguh benar bahwa Tuhan tidak meninggalkan atau membiarkan milik-Nya sendiri, maka hal ini juga sama benar bahwa mereka tidak sendirian dalam kaitannya dengan orang lain yang adalah milik Tuhan. Ada FAKTA ini, yang sama sekali terpisah dari ajaran, bahwa tubuh itu satu, dan anggota-anggotanya banyak (1 Korintus 12:12). FAKTA ini tidak tergantung pada ajaran, ini hanyalah sebuah fakta. Selain itu fakta ini didasari oleh Roh Kudus sendiri. Dia adalah Roh persatuan; ada “persekutuan Roh Kudus”, yaitu persekutuan orang percaya di dalam dan oleh Roh Kudus. Akan selalu ada orang-orang percaya yang berdoa untuk “semua orang kudus,” yang sebagian besar dari mereka sesungguhnya tidak mereka kenal di dunia ini. Jika kita mengambil posisi kita pada kenyataan Allah dalam hal ini, dan, dengan iman, mengambil nilai dari “semua doa bagi semua orang kudus” kita akan mendapatkan kelegaan dan penguatan indah dalam kesendirian kita.

Tapi mari kita hadapi kenyataan ini bahwa ukuran dan jenis kesepian tertentu AKAN terhubung dengan nilai tertentu yang Tuhan telah miliki, atau ingin miliki, dalam diri kita, dan kita harus menerima hal ini dengan keberanian, mengingatkan diri kita sendiri bahwa jika ini sebaliknya, nilai tertentu itu mungkin tidak mungkin. Yesus mampu memenuhi banyak situasi yang sulit karena Ia telah mempelajari rahasia dalam kesendirian.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.