Austin-Sparks.net

Dengan Mata Yang Tertuju Kepada Yesus

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Juli-Agustus 1954, Jilid 32-4. Judul asli: "Looking Unto Jesus". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

“Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri” (Amsal 4:25 -27).

“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:1,2).

Ada tujuan; ada hadiah. Kita telah dipanggil dengan tujuan yang tinggi – tujuan yang begitu besar sehingga Roh Allah menganggap-nya berharga untuk mengisi Kitab Suci dengan kebenaran akan hal itu dan dengan dorongan yang terus-menerus dalam kaitannya dengan hal itu. Sebab Kitab Suci dari awal sampai akhir terkait dengan perjalanan sehubungan dengan suatu tujuan, suatu akhir, suatu hadiah: Kitab Suci penuh dengan perkataan Ilahi yang berlimpah-limpah mengenai tujuan Ilahi, tujuan yang sangat besar. Kami menemukan hal ini, tentu saja, dalam cara yang sangat kuat dalam surat kepada orang Ibrani, dengan panggilan yang terus mendesak – “Marilah kita berjalan terus”. Terlebih lagi, hal ini memberikan kita dasar keyakinan yang besar bahwa akhir dapat tercapaikan, tujuan tercapai, hadiah diterima, tujuan terpenuhi, bahwa Kristus telah tiba di sana, Yesus telah melalui jalan ini dan telah berada di sana, dan Dia telah menjalani seluruhnya, jalan yang sama seperti yang saudara dan semua yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah dipanggil untuk menempuh-nya. Dia telah mengambil tingkat kita, menerima semua yang kita harus tahu atau mungkin akan tahu disepanjang perjalanan, dan telah berjalan melalui sampai akhir. Faktanya telah dinyatakan bahwa Dia berada di sana, dan keberadaan-Nya di sana adalah suatu kemenangan yang luar biasa, karena itu adalah jaminan bahwa kita bisa berada di sana juga.

“Dengan mata yang tertuju kepada Yesus”. Lebih tepatnya ketika dikatakan “dengan mata yang tertuju kepada dari Yesus”. Kami akan kembali ke hal ini lagi dalam beberapa saat, tapi terdapatkan dasar keyakinan. Kita dapat memiliki kepastian tentang hal mencapai ini. Satu ilustrasi tentang hal ini diberikan dalam surat kepada orang Ibrani. Hal ini seolah-olah sang penulis melihat sebuah kapal diluar di laut, yang sedang terpukul babak belur dan terlempar ke sana sini oleh badai, dalam cengkeraman angin dan arus, dan kemudian, jika mungkin, satu wakil yang berani mengambil jangkar pada rantai panjang dan menjatuhkannya dalam pelabuhan yang tenang dan damai, meninggalkannya di sana untuk kapal tarik, dengan pengetahuan yang yakin bahwa kapal itu akan datang masuk ke pelabuhan karena kapal itu memiliki kaitan penting dengan sesuatu yang sudah berada di sana. Itu adalah gambar yang Rasul sajikan akan hal ini. Kami memiliki keyakinan ini, harapan ini, “sebagai sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibrani 6:19).

Ada keyakinan yang bisa didapatkan, tetapi ada juga – dan ini terus disajikan dalam pandangan di seluruh baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru – ada juga kemungkinan untuk gagal, untuk menjauhkan diri, untuk kehilangan tujuan. Ilustrasi telah diberikan tentang hal ini. Kemungkinan itu selalu ada – bukan untuk kehilangan keselamatan kita, ini bukanlah intinya – tetapi untuk gagal mencapai tujuan penuh Allah dalam keselamatan kita.

Bahaya dari cara penglihatan yang salah

Kemungkinan untuk gagal ini dan untuk kehilangan tujuan, untuk menjauhkan diri, berkaitan dengan penglihatan kita. Bagi saya, hal ini tampaknya demikian bahwa semuanya disimpulkan dengan cara ini – penglihatan. Hal penglihatan ini, oleh karena itu, adalah hal yang sangat penting. Hal ini sepenuhnya tergantung pada di mana mata kita berada dan di mana mata kita tertuju. Dalam Firman Allah ada banyak arah di mana orang-orang telah diperingatkan untuk tidak melihat, karena bahaya yang mengancam seluruh kemajuan dan perjalanan ke arah tujuan; bahaya akan penglihatan salah, akan arah yang salah, akan mata yang beralih dari tujuan.

Melihat ke belakang

Ada orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, sehingga ia tidak layak untuk Kerajaan Allah (Lukas 9:62). Ini adalah penglihatan ke belakang. Ini adalah penglihatan yang Israel ambil saat di padang gurun. “Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel” (Mazmur 78:41). Mereka menoleh ke belakang dan merusak alur mereka, merusak seluruh perjalanan mereka. Mereka gagal untuk masuk hanya karena mereka melihat ke arah yang salah, yaitu, mereka menoleh ke belakang.

Saudara tahu bahwa ini adalah salah satu masalah pada zaman Perjanjian Baru. Surat kepada jemaat Galatia ditulis karena bahaya itu. Mereka mulai menoleh ke belakang. Ada suara dari belakang; suara kaum Yahudi memanggil mereka dari belakang: ‘Kembalilah’ – tidak kepada dunia, bukan kepada kefasikan, tidak untuk meninggalkan Kristus; tetapi untuk kembali ke kehidupan keagamaan yang adalah kurang dari kepenuhan Kristus, kepada mana mereka telah dipanggil; kepada kehidupan keagamaan yang bukanlah kehidupan rohani. Mereka berada dalam bahaya untuk menoleh ke belakang. Mereka memang sudah setengah menoleh ke belakang dan telah berhenti. Mereka telah berjalan terus, tetapi sekarang mereka telah berhenti berjalan, dan pertanyaannya adalah – apakah mereka akan terus berjalan atau apakah mereka akan berputar kembali? Surat itu ditulis untuk mendorong mereka terus berjalan. Surat kepada orang Ibrani ini ditulis untuk tujuan yang sama. Bahaya dari penglihatan ke belakang selalu ada, dalam satu cara atau cara yang lain.

Melihat ke sekeliling

Dan kemudian kita diberitahu mengenai beberapa orang yang melihat ke sekeliling ketika mereka diperingatkan untuk tidak melihat ke sekeliling. “Jangan engkau melihat ke sekeliling” (Yesaya 41:10, margin). Saya pikir itulah apa yang Petrus lakukan. Ketika ia mulai berjalan di atas air ia beralih pandangan dari Tuhan dan menoleh ke sekeliling dan ia mulai tenggelam (Matius 14:28-31). Matanya berubah arah dan ia mulai memandang ke sekitar. “ Ketika dirasanya tiupan angin” (ayat 30). Itulah apa yang orang Israel perbuat ketika mata-mata mereka pergi keluar dan kembali dengan laporan yang salah. Mereka melihat ke sekeliling – kota bertembok, raksasa, segala macam kesulitan. Mereka melihat ke sekeliling, mereka berpaling dari Tuhan. Hanya dua dari mereka yang menaruh mata mereka terus ke arah yang benar dan mereka akhirnya berjalan melalui sampai akhir. “Jangan melihat ke sekeliling.” Artinya, jangan biarkan keadaan merengut penglihatan saudara dan mengikat pandangan saudara sehingga mereka mengontrol gerakan saudara. “Biarlah matamu memandang terus ke depan” – bukan ke sekeliling.

Pandangan yang terlalu dekat

Lalu ada beberapa orang, kepada siapa Paulus berkata: dia berkata kepada mereka bahwa pandangan mereka jauh terlalu dekat. Dia berkata, ‘Kau hanya melihat apa yang tepat berada di depan mata-mu, penglihatan-mu hanyalah pada hal-hal yang ada di dekat-mu, ini adalah hal-hal yang mempengaruhi-mu.’ Penglihatan dengan jangka yang terlalu pendek akan mengarah ke hidup yang jauh lebih sempit daripada apa yang Tuhan inginkan; saudara menjadi terlalu mudah puas dan senang dalam hal-hal dari Tuhan; saudara memiliki cakrawala yang kecil dan sempit – saudara tidak melihat terus ke depan. Hal dekat – hal ini mungkin dapat diterapkan dengan cara yang berbeda. Hal-hal yang dekat adalah hal-hal yang paling mungkin untuk membuat kita marah, membatasi kita, untuk membingungkan kita selalu. Kita selalu menjadi begitu sibuk dengan hal yang terdekat. Ketika kita berhadapan tepat di depan suatu situasi dan sesuatu melawan kita tepat di depan muka, kita berada dalam bahaya untuk berpikir bahwa itulah semuanya, itulah segalanya, sehingga kita lupa bahwa kita telah menegosiasikan banyak hambatan seperti itu sebelumnya di mana kita berpikir bahwa hal itu akan menjadi akhir segalanya bagi kita. Kita begitu lambat mempelajari pelajaran kita. Di sini terdapatkan sesuatu yang lain yang ada tepat di pandangan, tepat di depan mata kita; gunung lain, pagar lain, kesulitan nyata yang lain; dan sekali lagi kita berpikir – ‘Ini akan merusak semuanya, ini akan menjadi akhir dari segalanya.’ Semua yang kita lihat adalah apa yang ada di dekat mata.

Tapi untuk melihat terus ke depan pasti berartikan ini – ‘Ya, ini adalah kesulitan, tetapi ada sisi lain dari ini, ini tidak akan menjadi akhir.’ Ini adalah salah satu hal yang termasuk dalam ‘menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita.’ Apakah “dosa yang begitu merintangi?” Ini adalah ini, bahwa kesulitan besar hari ini menghapuskan hari esok, yang tampaknya menghalang tepat di tengah jalan menuju masa depan. Inilah dosa yang begitu merintangi. Jangan miliki pandangan yang terlalu dekat, jangan miliki cakrawala yang terlalu sempit. “Biarlah matamu memandang terus ke depan.” Ada sesuatu yang jauh sangat lebih dari kesulitan hari ini, hal yang nyata ini, hal yang dekat. Tuhan akan mengajarkan kita semakin kita berjalan bahwa kita dapat memperhitungkan pada hal-hal yang lebih banyak daripada hal-hal yang melawan kita sekarang. Kita akan berjalan terus dan meninggalkan mereka di belakang. Jangan biarkan diri kita untuk mengambil mereka sebagai pembatas. Apapun mereka, mereka bukanlah akhir.

Pandangan egois

Sekali lagi Rasul berkata, berbicara kepada beberapa orang percaya, “…janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Filipi 2:4). Apa yang ia maksud dengan itu? Di sini, tentu, adalah pandangan egois. Saya pikir mungkin ia bermaksud begini, di antara lain: ‘Jangan selalu terpengaruh dalam kehidupan kau dengan bagaimana hal-hal menyentuh-mu, dengan apa yang kau dapatkan atau hilang dengan berbuat begini atau begitu; jangan setiap saat memandang segala sesuatu dengan berpikir bagaimana hal itu akan mempengaruhi-mu.’ “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri.” Ini adalah pandangan yang salah, arah yang salah. Hal ini akan membatasi kita, dan membuat kita sempit dan egois.

Melihat ke dalam

Dan berapa banyak Rasul harus menulis tentang jenis pandangan yang lain ini, pandangan ke dalam. Seporsi besar dari tulisannya adalah dengan tujuan untuk membuat orang berhenti memandang ke dalam. Saya pikir tidak ada hal lain yang diperhitungkan dapat lebih menghentikan kemajuan daripada pandangan ke dalam. Apakah yang sedang kita cari di dalam, apa pun itu? Yah, tentu saja, kita sedang mencari untuk menemukan sesuatu yang akan memuaskan Tuhan dan memberi kita dorongan, membuat kita merasa baik, dan kita tidak pernah menemukannya. Tidak ada yang lebih mengecewakan daripada pandangan ke dalam ini. Ini adalah jenis pandangan yang salah.

Keselamatan dari mata yang tertuju kepada Yesus

Hal ini jelas bahwa ada banyak yang tergantung pada penglihatan kita, dan Rasul benar ketika, setelah menulis surat yang panjang ini, sepenuhnya membawa ke pandangan obyek besar – kemitraan dengan Kristus – dan mendesak untuk berjalan terus, ia menyimpulkan semuanya dalam fragmen ini: “Dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.” Berpaling dari hal-hal yang di belakang, berpaling dari yang di sekeliling, berpaling dari hal-hal diri sama sekali, memandang jauh melampaui hal-hal yang begitu dekat, yang meng-obsesi kita sekarang; berpaling dari diri kita sendiri dan tertuju kepada Yesus. Ini adalah tema yang kami singgung dalam buku terbaru kami, Perintis Jalan Surgawi. “Ia mencari kota” (Ibrani 11:10); ‘Mereka dengan rindu mencari suatu tanah air’ (Ibrani 11:14). Berapa banyaknya yang terikat pada penglihatan! Bagaimana mereka harus berjuang dengan masalah akan di mana mata mereka ingin beristirahat, kepuasan mata yang terlalu dini, kepuasan mata yang salah, pengganti dari apa yang Allah inginkan. Tapi Tuhan terus-menerus menarik mata mereka menjauhi hal-hal kecil, menyebabkan mereka untuk melihat dan melihat, dan penglihatan itu yang memimpin mereka berjalan terus. Seperti yang kami katakan dalam buku (halaman 36), mereka berpikir dari waktu ke waktu bahwa sekarang mereka telah menemukannya – tetapi mereka temukan bahwa hal ini tidak demikian. Mata hati mereka tidak puas dan mereka harus berjalan sedikit lebih jauh. Pandangan itu membuat mereka terus bergerak. Ini adalah pandangan yang surgawi dan bukan duniawi.

Sekarang bagian dari Amsal yang telah kita tempatkan pada awal artikel ini mengatakan ini – “Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu (memerintahkan dengan benar).” Ada banyak yang dikemas ke dalam itu, tetapi itu hanyalah berarti begini: Dapatkan tujuan Allah jelas dan sepenuhnya dalam pandangan – tidak kurang, tidak lain – dan sesuaikan seluruh hidup saudara dengan itu; sesuaikan hidup saudara kepada yang utama.

Menjaga akhir Allah dalam pandangan

Salah satu kata-kata kami baru-baru ini kepada seorang teman di baptisan adalah kata ‘kekal’. Saya merenungkannya pada siang hari sebelum saya menyampaikannya. Kata ini mengikat saya dalam hubungan ini. “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2 Korintus 4:17, 18). Yang kekal diletakkan dalam pandangan, dan hidup disesuaikan dalam segala cara dengan akhir Allah. Sebagaimana sibuknya musuh dalam menghindari gerakan maju dan pencapaian akhir, dengan mendapatkan kita terjerat dan dikompromikan di dalam bumi ini, entah bagaimana menyelinapkan sesuatu yang akan menangkap, menghentikan, menahan. Oh, tragedi spiritual yang ada di sekitar karena beberapa hubungan bodoh, beberapa belitan, beberapa pertimbangan kenyamanan, beberapa calo untuk kepuasan daging, sesuatu yang entah bagaimana diselinap masuk oleh musuh; dan dengan begitu – saudara tidak bisa berjalan terus sampai ke akhir Allah. Ada sesuatu yang menahan saudara, suatu hubungan yang mengikat saudara, ada sesuatu yang telah menyelinap masuk.

Sekarang kata ini adalah – sesuaikan segalanya dengan akhir, bawakan semua urusan saudara dalam hidup sejalan dengan akhir Allah. Ketika saudara sedang mempertimbangkan suatu hubungan, miliki akhir Allah dalam pandangan. Ketika saudara sedang mempertimbangkan langkah berikutnya dalam hidup saudara, miliki akhir Allah dalam pandangan. Ketika saudara sedang memutuskan di mana saudara akan tinggal dan lakukan pekerjaan saudara, miliki akhir Allah dalam pandangan. Ketika saudara sedang memutuskan apa bisnis saudara, miliki akhir Allah dalam pandangan. Semuanya dibawa sejalan – itulah arti dari kata-kata ini “Tempuhlah jalan yang rata” atau “Pilihlah dengan cermat jalan kaki-mu.” Kita harus berkata kepada diri kita sendiri, ‘Nah, ini adalah kesempatan, prospek, yang tampaknya mengandung banyak yang baik; tapi yang pertama, apa ini akan berarti bagi Tuhan, bagaimana semua ini berhubungan dengan akhir penuh Allah?’ Tidak kurang dari ini yang harus kita pertimbangkan. “Biarlah matamu memandang terus ke depan” – bukan hanya pada hal ini, bahkan bukan pada apa yang tampaknya hal itu janjikan, tetapi memandang terus ke depan. Bagaimana hal ini berhubungan dengan akhir? Dalam segala hal, memandang melampaui; lihat apa hubungannya dengan akhir penuh Allah; dan sesuaikan dengan demikian. Dapatkan penglihatan, dan sesuaikan hidup sejauh mungkin dalam kaitannya dengan itu. “Pilihlah dengan cermat jalan kaki-mu dan perintahkan mereka dengan benar. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.” “Biarlah matamu memandang terus ke depan.”

Beberapa dari saudara mungkin menemukan diri saudara dalam lingkungan dan kondisi di mana mungkin saudara akan memiliki banyak godaan untuk menerima sesuatu yang kurang, di mana tampaknya tidak mungkin untuk memiliki semua yang saudara ingin miliki, di mana tampaknya bahwa tujuan penuh Allah tidak dapat dipenuhkan: oleh karena itu, saudara akan menetap pada sesuatu yang kurang dari dan sesuatu yang lain dari. Saudara akan bertemu dengan berbagai macam hal yang dapat mengalihkan saudara dari jalan panggilan surgawi. Kata kepada saudara adalah: “Biarlah matamu memandang terus ke depan.” Ingatlah Tuhanmu, yang ditawarkan kerajaan dunia ini dan kemuliaannya: Dia menolaknya dan memandang terus ke depan. Ya, Dia ditawarkan jalan keluar yang mudah, jalan keluar dari Salib; tetapi tidak, Dia membiarkan mata-Nya memandang terus ke depan, Dia menetapkan wajah-Nya seperti batu api. Mata-Nya memandang terus ke depan, dan di sini dicatat, seperti yang kita baca dalam bagian selanjutnya dari ayat dari surat kepada orang Ibrani ini: “Dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Dia menetapkan mata-Nya tertuju pada akhir Allah. Semoga kita memiliki kasih karunia untuk melakukan hal yang sama.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.